Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penata artistik Jay Subiakto merasa seperti mengalami déjà vu saat naik ke layar setinggi 20 meter pada Konser Dua Jari, 5 Juli lalu. Dari atas layar yang ia konsep sendiri itu, Jay melihat lebih dari seratus ribu orang memenuhi Gelora Bung Karno, Senayan, demi mendukung Joko Widodo. "Pemandangan itu persis seperti pada 1998," kata pria 53 tahun itu, Kamis pekan lalu.
Ceritanya, saat Reformasi 1998 itu Jay ingin memotret mahasiswa yang berdemonstrasi di kompleks DPR/MPR, yang juga terletak di Senayan. Sayang, dia bukan mahasiswa lagi. Padahal hanya mahasiswa yang saat itu boleh masuk ke kompleks DPR. "Tapi, demi melihat langsung sejarah, saya harus berusaha," ujar Jay. Usaha yang dilakukannya adalah membawa jaket kuning almamaternya, Universitas Indonesia, agar dia bisa terlihat seperti mahasiswa.
Lulusan Fakultas Teknik pada 1981 ini pun boleh masuk ke sana dan memotret hingga ke kubah gedung DPR. Pemandangan dari atas kubah DPR dan dari layar di Gelora Bung Karno itulah yang membuatnya merasakan déjà vu. Bukan hanya pemandangan yang ia lihat sama, melainkan juga semangat mereka yang berkerumun. "Rakyat itu punya tujuan yang sama: Indonesia yang lebih baik," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo