Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Danarto saat itu mengaku tak membawa uang sebanyak itu. Ia menawari untuk mengambil uang di rumahnya di Ciputat. Kelompok ini sepakat, dan satu orang ikut Danarto. Dalam perjalanan, wong Sragen ini sempat berpikir untuk berbelok ke kantor polisi atau membangunkan tetangganya. Tapi tak jadi. "Kasihan, nanti ia malah bisa celaka," ujarnya.
Saat melewati pekuburan dekat rumahnya, terbetik ilham di benak Danarto. Ia menghentikan mobil dan masuk ke dalam. Di bawah pohon kamboja ia melepaskan gulungan baju putihnya. Lalu dengan gaya teatrikal ia melambai ke arah montir gadungan tadi. "Mari masuk, di sini rumah saya," katanya dengan suara diseram-seramkan. Longsorlah nyali "si montir" dan ia langsung ngibrit.
Tapi Danarto belum puas. Ia menghadang orang itu dan "bersabda", "Siapa mau uang akan mendapatkan uang." Namun, alih-alih menerima uang yang disodorkan, pemeras tadi makin ciut. Dengan keberanian yang dipaksakan, si montir meminta sekiranya Danarto sudi membiarkannya pergi setelah ia mengembalikan koil yang ditukar. Meski gemetar, pemeras gagal ini bisa juga menyelesaikan pekerjaannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo