"TAK mudah hidup di kedua sisi sungai Mekong dengan ideologi
yang berlawanan," demikian tulis John Everingham. Dia adalah
wartawan Australia, yang jatuh cinta dengan gadis Laos dan
berhasil lari membawa kekasihnya lewat sungai Mekong hanya
dengan alat penyelam (TEMPO, Luar Negeri, 10 Juni, 1978). Kisah
kasihnya yang penuh perjalanan petualangan ini, dibeberkannya
lewat kantor berita AP.
Tulisnya: "Kurang lebih setahun yang lalu saya diharuskan
meninggalkan Laos." Everingham dipaksa untuk mengaku sebagai
agen CIA dengan ancaman pistol di mulutnya. Walhasil, "sayapun
dipaksa pergi dari Laos dengan meninggalkan hasil karya
jurnalisme selama 10 tahun dan semua hak milik saya."
Dari semua kesulitan Everingham, yang paling berat ialah
berpisah dengan kekasihnya, Keo Sirisophone, seorang mahasiswi
kedokteran. Everingham menulis tentang kekasihnya ini: "Keo
adalah seorang model generasi muda revolusioner. Hanya ada satu
cacat pada Keo: dia jatuh cinta dengan seorang asing. Celakanya
lagi, orang asing itu dicap anti komunis dan musuh
pemerintahnya." Keo adalah wanita berusia 25 tahun, berambut
panjang terurai, berkulit bersih dan berparas manis.
Tiga kali Everingham mencoba membawa lari Keo, tiga kali itu
pula dia gagal. Bulan lalu, Everingham berhasil membawa Keo ke
Muangthai, lewat sungai Mekong. "Dan, sekarang kami sudah
berhasil menyeberang. Apa yang ditulis orang tentang hal itu
bagaikan sebuah kejadian dramatis saja," tulis Everingham,
"padahal, itulah satu-satunya pilihan yang bisa kami lakukan."
Dan bagaimana pandangan Keo, keluar dari negerinya dan tinggal
di penampungan pengungsi dekat perbatasan Muangthai-Laos? "Dia
sangat kaget dengan kehidupan yang lebih baik dan makmur di
seberang lain sungai Mekong. Padahal sungainya 'kan sama saja,"
tulis Everingham. Keo, pertama kali bertemu kembali dengan
kekasihnya -- setelah 11 bulan berpisah -- tampak seperti
tawanan perang. Kurus kering dan menunggu saat y ang baik untuk
melarikan diri.
Kini Keo tetap tinggal di tempat penampungan kaum pengungsi. Ia
tidur dan makan bersama orang-orang senegerinya di negara lain.
Biarpun tidak dalam keadaan sempurna, Keo cukup bahagia. Ia
merasa bebas. Dibiarkannya rambutnya terurai lepas. Ia
mengenakan celana jin. Ia menanti tahap berikutnya untuk bisa
hidup bersama dengan John Everingham. "Segera, saya harap, Keo
dan saya bisa pergi ke Australia dan menikah di sana" tulis
Everingham. Tambahnya: "Dalam usia saya yang 28 tahun ini, saya
cuma mengharapkan hidup dengan damai dan tenang. Dengan
legalitas tentunya. Dan saya bisa meneruskan kerja saya."
Kisah kasih dua orang yang berlainan bangsa itu, belum jelas
bagaimana akhirnya. Karena John Everingham kini dalam proses
harus meninggalkan Muangthai. Pemerintah Muangthai tidak
mengharapkan orang Australia ini tetap tinggal di negara gajah
putih ini, karena tidak mau terlibat masalah yang lebih muskil
lagi. Pemerintah Laos telah melancarkan protesnya dan Everingham
harus angkat kaki dari Muangthai untuk menyesuaikan isi protes
tersebut. Kali ini, alasan pemerintah Muangthai: Everingham
dipersalahkan telah menyelundupkan orang ke Muangthai. Untuk
"dosa"nya itu buat beberapa waktu ia harus meringkuk di penjara
perbatasan. Bersama dengan pelarian dari Laos yang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini