Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat merasa kelewat sering pindahan. Maklum, dalam tujuh tahun terakhir, mantan Wali Kota Blitar ini lima kali bersalin rumah seiring dengan pergantian jabatannya.
Dari rumah dinas di Blitar, Jawa Timur; griya di Surabaya; perumahan anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Kalibata, Jakarta Selatan; kediaman pribadi di Cibubur, Jakarta Timur; wisma wakil gubernur di Kuningan, Jakarta Selatan; hingga rumah jabatan gubernur di depan Taman Suropati, Jakarta Pusat, yang ia huni mulai Juni lalu. "Sudah seperti kucing beranak," ujarnya kepada Tempo beberapa waktu lalu.
Djarot, 55 tahun, mengatakan sebetulnya tidak berniat pindah ke rumah jabatan gubernur. Namun ia tidak kuasa menolak dua kali permintaan Basuki Tjahaja Purnama. "Biar lebih mudah berkoordinasi karena lebih dekat ke Balai Kota," kata Djarot menirukan ucapan Basuki.
Selain letih mengemas dan menata barang, Djarot menghadapi protes dari ketiga putrinya. "Kasihan mereka pindah-pindah sekolah terus," ujar mantan dosen Universitas 17 Agustus Surabaya ini.
Karena alasan anak itulah Djarot memilih tetap di Jakarta setelah masa tugasnya berakhir pada Oktober mendatang. Politikus PDI Perjuangan ini emoh memusingkan wacana yang menjagokannya tampil dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur, tahun depan. Dengan demikian, Djarot bisa kembali ke rutinitas kesukaannya, mendampingi putrinya ke sekolah sembari berangkat beraktivitas. "Terakhir bisa mengantar anak ke sekolah tujuh tahun lalu di Blitar," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo