Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua anak muda Indonesia menggapai prestasi internasional pada pengujung 2015. Joey Alexander, 12 tahun, masuk nominasi Grammy Awards 2016 untuk dua kategori: Best Jazz Instrumental Album dan Best Improvised Jazz Solo. Judul album Joey, yang kini tinggal di New York, Amerika Serikat, itu adalah My Favorite Things.
Prestasi Joey ini segera disusul Maria Harfanti, yang berhasil menjadi juara ketiga dalam Miss World 2015 di Cina, 19 Desember lalu. Selain itu, Miss Indonesia 2015 tersebut menyabet penghargaan kategori Beauty with Purpose. Pencapaian Maria ini adalah yang tertinggi selama wakil Indonesia mengikuti berbagai ajang kecantikan dunia sebelumnya.
Berikut ini wawancara ringkas dengan dua talenta muda itu.
Maria Harfanti
Mewujudkan Mimpi Berikutnya
Gadis kelahiran Yogyakarta 23 tahun silam ini tentu akan mengenang pergelaran Miss World 2015 di Cina sepanjang hidupnya. Dalam perhelatan inilah dia menyabet sejumlah pencapaian: Fast Track Beauty with a Purpose, nominasi Top 10 World's Fashion Designer Award, posisi Top 13 Talent, Top 15 Multimedia, dan Top 25 People's Choice. Dalam sesi deep interview dengan juri, dia kontestan dengan nilai terbaik ketujuh. Puncaknya, tentu saja, saat dia dinobatkan sebagai 2nd runner-up alias juara ketiga. Berikut ini petikan obrolan Maria dengan Tempo, Jumat dua pekan lalu.
Apa yang membuat Anda meraih prestasi gemilang itu?
Saya pribadi yang optimistis dan tidak mudah menyerah. Nilai-nilai yang saya dapatkan (dari sejumlah sesi) mengantarkan saya pada posisi kedua di Final Leaderboard dan menjadikan saya kontestan dengan poin tertinggi di Asia. Karena itu, saya juga dinobatkan sebagai Miss World Asia 2015.
Adakah hal yang menyenangkan dan menyebalkan selama ajang tersebut?
Ketika kami diajak mengunjungi Orchid Park di Sanya. Kami mengelilingi taman bunga yang sangat indah dengan ratusan macam bunga anggrek. Kami pun melakukan peragaan busana dengan atribut bunga. Untuk hal menyebalkan tidak ada.
Dengan gelar 2nd runner-up, apa yang akan Anda lakukan kemudian?
Saya berharap bisa bekerja sama dengan para relawan yang membantu saya dalam proyek "Beauty with a Purpose". Saya ingin bergabung dengan organisasi sosial. Kelak, saya juga ingin mewujudkan mimpi saya memiliki usaha sendiri.
Joey Alexander:
Bersyukur untuk Saat Ini
Masuk dua nominasi dalam perhelatan Grammy Award, yakni Best Jazz Instrumental Album dan Best Improvised Jazz Solo, tidak membuat pianis Joey Alexander berubah. Perhatiannya adalah bagaimana tetap bisa berkarya dengan baik.
Ketika nominasi Grammy diumumkan, Joey sedang di mana dan berkegiatan apa?
Saya lagi makan pagi di Connecticut. Beritanya datang dari produser saya. Lalu saya coba untuk tetap tenang dan berdoa. Ini suatu berkat luar biasa.
Bagi banyak musikus, Grammy adalah salah satu impian besar, tapi Joey sudah menjadi nominasi di usia semuda ini….
Saya tidak pernah memikirkan atau bermimpi mendapat nominasi. Saya hanya mau bermain sebaik yang saya bisa. Tuhan Yesus begitu mengasihi saya, dan semoga ini membuka jalan bagi yang lain, yang muda, di Indonesia.
Kenapa memutuskan tinggal di New York?
Ya, karena harus rekaman dan bermain musik. Saya tinggal dengan orang tua. Yang jelas, saya menikmati bermain musik ini dan membuat orang happy.
Apakah kalau tetap di Indonesia peluang untuk menjadi besar tidak ada?
Perlu waktu saja, sih. Tapi di Indonesia semua bisa.
Joey merasa nyaman berkarya di New York atau di Indonesia?
Saya enjoy main di manapun saya diundang, dan orang-orang mengapresiasi musik jazz.
Apa tantangan yang dihadapi setelah tinggal di New York?
Orang tua saya lebih tahu jawabannya, saya happy-happy aja di sini.
Bagaimana rasanya bekerja sama dengan label rekaman di Amerika?
Sangat senang, karena saya diberi kebebasan.
Apa mimpi Joey berikutnya?
This is it! Saya hanya ingin lebih baik as a person and musician.
Tidak ingin berkarier di luar musik?
Lagi berfokus di musik, jadi belum sempat mimpi di luar musik. Mungkin besok.
Kamu membayangkan 20 tahun nanti sudah seperti apa?
Saya bersyukur untuk sekarang....
Joey sekarang sudah populer, apakah menikmati kepopuleran itu?
Not sure kalau saya populer. Tapi, jika betul, saya lebih ingin menggunakan itu untuk kebaikan. To be a good force.
Joey, kamu itu musikus yang jenius, boleh tahu memiliki IQ berapa?
He-he-he..., rata-rata….
Siapa aktris-aktor favorit?
Aktris favorit Emma Stone. Aktor Sylvester Stallone.
Prilly Latuconsina
Ribetnya Berbahasa Jawa
"Nek aku neng kene terus nginteni wae? Yo dadi ranggenah pisan." Kalimat dalam bahasa Jawa logat Dieng (Wonosobo) itu diucapkan dengan lancar oleh Prilly Latuconsina, 19 tahun, kepada Tempo. Kalimat yang artinya "Kalau aku di sini cuma menanti? Ya jadi tidak keruan" itu adalah penggalan dialog dalam film terbarunya yang tengah dalam penggarapan. Sebagai pemeran utama dalam film tersebut, dara kelahiran Tangerang, Banten, 15 Oktober 1996, ini dituntut banyak berbicara dengan bahasa Jawa. Film ini memang berlatar masyarakat Dieng.
"Bahasa Jawa sama sekali asing (bagi saya)," katanya Senin pekan lalu. Tentu pemain di sejumlah sinetron ini tak dibiarkan belajar bahasa Jawa sendiri. Ada seorang pelatih khusus supaya lidahnya lancar mengucapkan. Agar kian meyakinkan sebagai gadis Dieng, dia juga mesti menurunkan berat badan hingga lima kilogram. Prilly juga membatalkan beberapa proyek sinetron. "Ini film pertamaku sebagai pemain utama. Aku enggak mau mengecewakan," tuturnya.
Yo wis, tak enteni yo, penampilanmu sing paling apik!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo