Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KURANG dari 100 hari Erick Thohir menyiapkan perhelatan akbar Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang. Ia harus berjibaku menyiapkan pesta olahraga terbesar setelah Olimpiade ini. "Anggota staf saya tak boleh mematikan telepon meskipun Sabtu dan Minggu," kata Ketua Indonesia Asian Games Organization Committee ini ketika memberi kuliah umum di Binus Business School pada 24 April 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti kepalang basah, Erick total memikirkan Asian Games karena ia sudah bersedia menerima tawaran Wakil Presiden Jusuf Kalla. Sebelum menerima, pemilik Mahaka Group ini menolak dua kali tawaran pemerintah itu tahun lalu. Waktu itu, ia sudah paham problem besar Asian Games.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jakarta dan Palembang sesungguhnya pemain pengganti setelah Vietnam, yang mengalahkan Surabaya dalam tender kota penyelenggara, lempar handuk tak sanggup menjadi tuan rumah. Dewan Olimpiade Asia lalu meminta Indonesia menggantikannya. Tentu saja banyak waktu terpangkas akibat pembatalan itu.
Praktis, Erick hanya punya waktu satu setengah tahun menyiapkan segala hal hingga pembukaan pada 18 Agustus 2018. Anggaran yang telat hingga 400 anggota staf Asian Games telat gajian tahun lalu turut menjadi soal. Belum lagi tetek-bengek aturan yang tak mendukung.
Erick, misalnya, tengah melobi Kementerian Keuangan agar mengizinkan ia memakai kontrak-kontrak iklan dengan vendor untuk pinjaman ke bank. Dari total anggaran Rp 4,8 triliun, ia sudah mendapat komitmen iklan dan barang Rp 1,2 triliun. Tapi uang ini baru cair setelah kegiatan, sementara ia butuh uangnya sekarang.
Akibatnya, Erick jadi supersibuk. Tapi, ketika berbicara, wajahnya terlihat segar dengan senyum mengembang. Enggak stres? "Jadi pemimpin jangan lari dari masalah," ujarnya. "Masalah harus dihadapi dan dicarikan solusi."
Di tengah kesibukannya melobi dan mengikuti pelbagai rapat, Erick meminta waktu dua jam pada Ahad agar tak direcoki urusan Asian Games. "Itu jam makan siang dengan keluarga saya."
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo