TOKOH Universitas Indonesia yang bulan Juni lalu telah berangkat
ke Mesir sebagai Duta Besar RI, ternyata cukup populer di Kairo.
Kedutaan RI pun rasanya jadi bangun dari tidurnya. Belum
setengah tahun Dr. Fuad Hassan boyong ke Kairo, berbagai
kegiatan telah terjadi di kedutaan. Ada bazaar ibu-ibu ketika
nyonya Gehan Sadat mengumpulkan uang dana untuk anak-anak cacat.
Semua apa yang dijual, laris habis. Biarpun harga dipasang 500o
lebih mahal ketimbang harga aslinya di Indonesia. Apalagi ketika
pelukis Amri Yahya mengadakan pameran di Kairo. Untuk Amri,
pamerannya kali ini bukan saja kembali pokok, tapi juga namanya
makin beken.
Diangkatnya Dr. Fuad Hassan jadi Duta Besar di Kairo juga jadi
berita ramai untuk koran dan majalah-majalah Mesir Al Mussawar,
sebuah majalah terkenal di Kairo bahkan menulis kenang-kenangan
lama Fuad Hassan. Bagaimana dia pqrnah belajar musik, tapi gagal
jadi musikus. Walaupun biasanya di Indonesia kalau gagal belajar
lantas jadi pemain band atau penyanyi. Fuad jadi ahli psikologi.
Tapi profesor ini tetap pandai main biola, membikin sketsa,
membaca sastra, selain duduk dalam lembaga strategi, militer dan
politik. Dan cerita tentang Fuad Hassan yang paling menarik
adalah bahwa Kairo bukan kota yang asing baginya. Ayahnya
almarhum pernah belajar di Al-Azhar beberapa tahun yang lalu.
Sang ayah jatuh cinta pada Mesir dan banyak cerita tentang
Mesir. Pernah di tahun 1962, sang ayah pesan agar mampir di
Kairo dan bertemu dengan beberapa teman lama. Fuad memenuhi
permintaan ayahnya ini. "Bahkan nama saya, Fuad, adalah sebagai
bukti bahwa ayah begitu cinta dan kangen selalu akan Mesir",
kata Fuad Hassan pada AL Mussawar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini