Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Kh mu'thi meninggal

Kh abdul mu'thi, 78, tokoh muhammadiyah, meninggal dunia. ia pernah menjadi ketua masyumi jakarta, kepala kantor pendidikan politik tentara di bawah mbad masuk penjara pada zaman sukarno. (pt)

9 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

USIANYA memang sudah uzur. K.H. Abdul Mu'thi, 78 tahun, 20 September lalu telah meninggal, setelah beberapa lama dirawat di RS Islam Jakarta. Dikebumikan di Karet, turut mengantar rekan-rekan almarhum antara lain Mohamad Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Mohamad Roem, Burhanuddin Harahap, dan Kasman Singodimedjo. Untuk shalat jenazah, Prof. Dr. Hanka jadi imam di mesjid Al-Muhsinin, Salema Bluntas Jakarta. Lahir di Jombang, tahun 1898, almarhum pernah melanjutkan studinya ke Mesir. Almarhum adalah tokoh Muhammadiyah bersama Hamka dan AR Sutan Mansur. "Almarhum adalah seorang pejoang yang banyak beramal tapi tidak dikenal", kata Moh. Natsir dalam upacara pelepasan jenazahnya. KH Mu'thi semula pendiri perkumpulan Muhammadiyah di Kudus dan jadi ketua sejak 1923. Dua tahun kemudian almarhum mulai berkenalan dengan penjara. Menjelang 1945, almarhum jadi ketua pengurus Masyumi Jakarta. Pernah pula diangkat jadi Mayor Jenderal di zaman Yogya dan bertindak sebagai Kepala Kantor Pendidikan Politik Tentara dalam lingkungan MBAD. Di zaman Sukarno, almarhum masuk lagi dalam tahanan bersama Sjafruddin Prawiranegara, Moh. Natsir dan Burhanuddin Harahap. "Bukan almarhum yang punya hutang, tapi Muhammadiyah yang punya hutang", ujar Kasman Singodimedjo dalam upacara pemakaman, sambil menahan isak. Orang-orang dekatnya biasanya memanggil almarhum dengan sebutan Pak Kyai. Tulisan-tulisannya banyak dimuat di Suara Muhammadiyah. Hidup seorang diri (biarpun anaknya sudah besar-besar) di kamar berukuran 3 x 3 meter di bilangan Menteng Raya, Pak Kyai biasa melakukan masak sendiri dengan kompor buatannya sendiri. Dia lebih senang pergi naik bis kota atau jalan kaki. Menjelang Pemilu II, salah seorang pernah datang kepadanya. Menyodorkan sejumlah uang (jutaan) asal Pak Kyai mau menuruti ajakannya. Bujukan ini ditolaknya sehingga sampai di akhir hayatnya, almarhum tetap hidup dalam kesederhanaan. Almarhum menolak mengkomersialisasikan kekyaiannya, rupanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus