DI sebuah ruang TVRI Pusat, Senayan Jakarta Diah Iskandar, sebentar duduk sebentar berdiri. Lalu jalan, ke sana kemari. Wajahnya cemberut. Para pembaca, ini bukan salah satu adegan pengambilan gambar acara Chandrakirana, tatkala seniwati musik itu tengah membawakan lagu gelisah. Tapi, pengelola acara musik paling kreatif di TVRI itu memang lagi gelisah beneran, Senin pekan lalu itu. Sebenarnya hari itu ia diminta datang oleh pihak TVRI untuk rekaman acara musik yang dikelolanya, dan akan disiarkan pada 29 Juni. Tapi setelah tanya ke sana kemari, mafhumlah ia bahwa kabar burung yang mengatakan acara Diah bakal diundur benar adanya. "Tapi mengapa tanpa penjelasan, itu yang bikin jengkel," katanya. Padahal, ia telah siap dengan 50 artis buat rekaman. Diah, 39, sejak awal memang sadar bahwa Chandrakirana termasuk rekaman dengan biaya mahal. Misalnya, ketika ia mencoba-coba bikin rekaman sendiri setelah tak puas dengan acara musik TVRI yang begitu-begitu saja, 1981, ongkosnya mencapai Rp 4 juta. Untung, setelah rekaman dia pamerkan ke pihak TVRI, disetujui untuk disiarkan. Ongkos yang dikeluarkan oleh anak dirigen Iskandar almarhum ini diganti. Dan jadilah Chandrakirana acara tetap dua bulanan TVRI. Dan, "Puluhan surat berisi kritik maupun pujian berdatangan," tutur Diah. Tapi pelan-pelan ia agak sewot juga setelah ada saja halangannya: ada penyanyi titipan, ada lagu domplengan. Lain daripada itu ia pun diberi ruang rekaman yang kelas dua, pita rekaman yang bila tak hati-hati akan menghasilkan gambar yang tak memuaskan. Padahal, semula semua yang kelas satu buat Chandrakirana. Lalu bagaimana bila Chandrakirana ternyata dihapuskan (kabar terakhir acara ini akan ditigabulankan sekali, bahkan ada yang bilang dienambulankan sekali)? "Wah, saya bisa apa? Saya 'kan cuma prajurit, kata komandan harus diikuti."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini