Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RABU 14 Maret lalu, persis 27 tahun Bung Hatta wafat. Alih-alih ada sebuah peringatan meriah, yang dirasakan keluarga justru kekecewaan. ”Perhatian terhadap Bung Hatta sudah tak ada sama sekali dari semua pihak. Zero!” ujar Halida Hatta, 50 tahun, putri bungsu sang Proklamator dengan nada prihatin.
Contohnya, rumah di Jalan Diponegoro 57, Jakarta Pusat, yang kini ditempatinya. Agar rumah pribadi yang dimiliki Bung Hatta sejak 1943 itu tetap asri, Halida jungkir balik melakukan berbagai hal. Dari memangkas daya listrik sampai tinggal sekitar 10.000 Watt (”Karena sudah tak pernah ada function lagi,” katanya) sampai mengecat bangunan yang luasnya hampir seribu meter persegi itu. ”Rumah ini katanya cagar budaya, setiap tahun berhak dicat ulang, tapi itu tak pernah terjadi,” tuturnya sembari menunjukkan bercak air yang merembes di plafon teras kepada Tempo.
Pekan lalu kesedihan Halida bertambah. Sejumlah koleksi perak Bung Hatta raib secara misterius dan belum ditemukan sampai berita ini diturunkan. Ini sama menjengkelkannya dengan kejadian pada 1999 ketika pompa air mereka lenyap digondol maling. ”Rumah ini sudah seperti akuarium yang mudah diteropong,” katanya nyaris tak percaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo