BEKAS orang kuat Uganda, Idi Amin, yang kini ngumpet di Arab
Saudi, masih saja berkoar. "Saya tidak meratapi apa yang pernah
terjadi, kecuali kekuasaan saya," katanya. Ia masih berharap
suatu hari bisa kembali dan berkuasa di tanah asalnya.
Amin, 54 tahun, yang terguling dari kursi presiden di tahun
1979, mengaku tetap melakukan kontak dengan 13.000 pengikutnya
yang bergerilya di pedalaman Uganda. Tentang bantuan uang dan
senjata untuk pengikutnya dikabarkan didapat Amin dari
sahabat-sahabat lamanya. hampir tiap hari Amin menghubungi
mereka dari Jeddah hingga rekening teleponnya membengkak:
sekitar Rp 12 juta per bulan.
Waktu senggang lain diisi Amin dengan membantu istri memasak,
menyeterika, dan mengepel lantai. Tapi ia juga tak lupa
berolahraga. Tiga kali seminggu, selepas sembahyang Subuh, Amin
berjalan kaki sejauh 15 km. Ia mengaku dirinya sekarang ini jauh
lebih anteng dibandingkan waktu jadi presiden dulu.
Di Jeddah, Amin, yang tinggal di kawasan elite, didampingi oleh
Sarah, istri keenam, dan delapan anak -- tertua berumur 20 tahun
dan yang bungsu baru lima bulam Semua anak-anak itu diajari Amin
mengangkat senjata dan main sepakbola. Mengenai biaya hidup
(angkanya tak disebutkan) diperoleh Amin dari subsidi pemerintah
Arab Saudi.
Bekas diktator itu kabarnya tak mudah ditemui. Terakhir adalah
Muhammad Amin, wartawan Majalah Kullul Arab, berhasil
mewawancarainya. Cara termudah untuk menemuinya--rahasia ini
dibuka oleh Idi Amin sendiri --adalah dengan menanyakan nama
samarannya: Dr. Zamzam. "Nah, itulah saya," ujar Amin tanpa
menjelaskan apakah nama itu dia dapat setelah minum air zamzam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini