Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NAMUN aktris dan presenter televisi ini langsung jiper setiap kali diajak nonton film horor Indonesia. Boro-boro menyimak sampai tamat, mendengar nama Suzanna saja membuat Marissa bergidik. Terakhir, saat menyaksikan Pengabdi Setan karya Joko Anwar tahun lalu, dia lebih banyak menutup mata. ”Terus tanya, jadi gimana ceritanya,” ujarnya kepada Tempo, Selasa pekan lalu.
Pemeran Sipon, istri penyair Wiji Thukul dalam Istirahatlah Kata-kata karya Yosep Anggi Noen, ini mengatakan ketakutan itu berdasarkan asas kedekatan. ”Kalau hantu luar kan jauh. Harus naik pesawat dulu untuk sampai sini,” kata Marissa, 36 tahun, lalu tertawa.
Bermain dalam A Mother’s Love karya Joko Anwar, yang tayang di kanal HBO Asia pekan ini, ternyata bisa mengubah pandangan tersebut. Saat banyak pemeran menjadi parno seusai syuting film horor, Marissa malah jadi berani. Menjalani delapan hari proses pengambilan gambar sembari menyaksikan para kru membangun set dan mendandani pemeran wewe gombel melunturkan ketakutannya kepada imaji setan lokal. ”Alam bawah sadar saya jadi sadar bahwa itu hanya bikinan,” ucapnya. Bagi Marissa, pocong, sundel bolong, dan kawan-kawan tak lagi seseram dulu.
-Falcon
Melekat Zaenab
MAUDY Koesnaedi kerap menikmati tweet- war. Dari adu argumen di Twitter, aktris ini menemukan banyak kelucuan. Misalnya saat membahas cuitan ilustrator Wahyu Ichwandardi, pertengahan bulan lalu. Saat seorang warganet dianggap berkomentar di luar konteks, netizen lain membalasnya dengan, ”Apa korelasinya? Dasar Jaenaaappp.…”
Maudy, 43 tahun, merasa terpanggil. ”Kok, nama gue kesebut, nih?” katanya, lalu tertawa, kepada Tempo pada Selasa pekan lalu. Mpok Mod—panggilannya—pun mencuit. ”Sore ini, iseng baca tweet war, baca reply-nya. Tetiba sekonyong-konyong ada yang komen ’dasar Jaenaaappp’. Sesaat tertegun lalu kembali nyender di oplet megangin rantang.”
Zaenab dikisahkan sebagai perempuan muda Betawi yang lugu dan nrimo dalam Si Doel Anak Sekolahan. Sinetron karya Rano Karno itu hadir perdana pada 1994 dan sedang diputar ulang. Film layar lebarnya tayang sejak Agustus lalu. Adegan Zaenab yang bersandar pasrah di oplet saat cintanya digantung si Doel ternyata melekat di benak warganet. Tweet itu memantik 4.337 retweet dan 2.821 like. Komentar sebagian dari 117 ribu pengikutnya pun konyol-konyol, misalnya menanyakan isi rantang.
Maudy mengatakan citra tentang Zaenab memang melekat selama 24 tahun terakhir. Perempuan kelahiran Jakarta ini kerap dipanggil dengan nama itu. ”Padahal dalam keseharian beda banget. Aku cerewet,” ujarnya.
-TEMPO/Nurdiansah
Gagap Bahasa Inggris
BAHASA Inggris kerap menjadi batu sandungan di tiga lini kehidupan Tompi: sebagai penyanyi, dokter, dan ayah. Ketika mengawali karier olah vokal lewat album Bali Lounge pada 2002, pengambilan suaranya harus diulang berkali-kali karena pelafalannya ngaco. ”Saya merasa sudah benar, tapi orang lain enggak ngerti omongan saya,” kata Tompi kepada Tempo saat peluncuran kampanye English for Indonesia di Kedutaan Besar Inggris, Jakarta, Selasa pekan lalu.
Penyanyi dengan nama lahir Teuku Adifitrian ini menghadapi kendala serupa saat berkolaborasi dengan Jean-Paul ”Bluey” Maunick dari grup Incognito, tahun lalu. ”Dia mesti nunggu lama buat benerin pronunciation saya,” ujar Tompi.
Sebagai dokter, Tompi suka kelimpungan saat tampil dalam forum pertemuan profesi lintas negara. Begitu bicara, dia melanjutkan, presentasi terdengar janggal. ”Bagaimana tidak? Saya bilang ’you have to cut from here to here’,” ucap spesialis bedah plastik lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Tompi, yang belajar bahasa Inggris sejak kelas III sekolah dasar di Aceh, mengatakan kemampuan ala kadar English-nya adalah tidak digunakannya bahasa itu dalam keseharian. Tak ingin hal serupa terjadi pada putra-putrinya, dia sempat mewajibkan penggunaan bahasa pergaulan internasional itu di rumah. Tapi hal tersebut tidak bertahan lama karena ketiga anaknya ramai-ramai memprotes. ”Kami tidak mengerti Ayah ngomong apa,” kata Tompi, mengutip anaknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo