Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAGI sutradara Kamila Andini, menjadi Duta Festival Film Indonesia (FFI) 2024 adalah sebuah kehormatan yang hadir dengan tanggung jawab untuk perfilman Indonesia. Kamila menjadi Duta FFI bersama aktor Slamet Rahardjo Djarot, Dian Sastrowardoyo, Lutesha Sadhewa, dan Bryan Domani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Setelah membuat beberapa film yang masuk nominasi FFI dan ada juga yang mendapatkan Piala Citra, menjadi duta adalah semacam pengingat untuk saya agar terus berkarya dengan baik dan bisa berkontribusi memajukan perfilman Indonesia,” kata Kamila kepada Tempo, Jumat, 28 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai Duta FFI, Kamila mengemban tugas mengedukasi anak muda pembuat film tentang industri perfilman. Ia juga berupaya membangun spirit anak-anak muda yang ingin berkarya dalam film.
Selain itu, Kamila ingin mengajak masyarakat agar punya kesadaran akan industri perfilman. “Sampai kini, industri ini masih memiliki banyak pekerjaan rumah. Namun, di saat yang sama, ini juga masa-masa emas perfilman Indonesia,” ujar sutradara film Yuni dan Before, Now & Then (Nana) tersebut.
Ia berharap ekosistem industri film makin sehat dan menjadi ruang aman bagi semua pekerjanya, termasuk perempuan. “Saya juga berharap ekosistemnya makin inklusif untuk masyarakat Indonesia yang ingin menjadi bagian dari industri ini,” tuturnya.
Kamila mengatakan sangat menarik jika keterlibatan para pekerja film perempuan di belakang layar menjadi representasi sinema Indonesia. “Saya rasa ini penting, karena bagaimanapun sampai saat ini jumlah pekerja film perempuan di Indonesia masih belum sebanding dengan pekerja film laki-laki. Meskipun begitu, saya lihat jumlahnya sudah jauh makin banyak. Ini membahagiakan,” ucap perempuan 38 tahun itu.
Kamila berharap industri perfilman kita dari hulu ke hilir memberikan lebih banyak kesempatan bagi para pekerja perempuan. “Saya juga ingin suara dan gagasan para kreator perempuan lebih mendapat tempat,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Suara Perempuan di Sinema Indonesia"