"SAYA yakin, kalau bukan karena masalah Martha (dan Tuhan
melindungi sukmanya) pasti tidak ada masalah Watergate," kata
bekas Presiden AS (Richard Nixon). Dia mengatakan ini dalam
wawancara bersambung di teve dengan David Frost, wartawan
tentang masalah Watergate. Menurut Nixon karena masalah rumah
tangga bekas iaksa Agung John Mitchell -- yang jadi ketua
kampanye pemilihan kembali Nixon sebagai presiden -- yang rumit,
John Mitchell jadi tak acuh.
Di masa kampanye 1968, Martha Mitchell jadi uring-uringan --
sampai suaminya harus menjauhinya sekitar lima atau enam minggu.
Ketika persoalan Martha selesai di tahun 1972, John menolak
bekerja sama dengan Nixon. "Dan rekaman tidak pernah dihapus.
Andaikan rekaman dihapus . . . ," kata Nixon lagi. "Tapi John
datang kepada saya sambil menangis dan berkata: I love her."
Masalah Watergate semakin terbuka dari berbagai segi.
Suami-isteri Mitchell sendiri kemudian berpisah - dan Martha
menyalallkall Nixon, "si pembuat hancur rumah-tanga." Tahun
kemarin Martha Mitchell meninggal karena kanker. Hidup
terakhirnya penuh dengan hutang. Bekas Kepala Staf Kepresidenan
Nixon, H. R. Haldeman dalam bukunya yang akan terbit (kini masih
dalam cetak percobaan) menulis tentang pengalamannya selama di
Gedung Putih. Waldeman - yang oleh pers mendapat julukan the
Cerrnan Guard, si Jennan penjaga - menerangkan betapa kacaunya
fikiran Nixon ketika skandal Watergate semakin terbuka.
Pada suatu pagi, tulis Haldeman, dia telah menunggu di ruang
kerja Nixon. Untuk membicarakan masalah kerja rutin. Tak berapa
lama masuklah Nixon. Tidak berkata apa-apa, sang presiden
membuka seluruh bajunya. Dalam keadaan tanpa busana, Nlxon
kemulan buka mulut: "Well, ada soal hangat apa lagi hari ini?"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini