CUKUP meriah ruang rapat kerja Departemen P & K 6 September
lalu. Pagi itu 12 olahragawan, 16 seniman 9 pendidik dan seorang
pengembang iimu pengetahuan berkumpul untuk mendapat Hadiah Seni
1977. Keadaan bertambah seronok lagi ketika Cokorda Oka Tubelen
(seniman), yang siap dengan pakaian Balinya, repot menaruhkan
kopor. Rupanya dia masih segar datang dari Bali pagi itu dan
belum sempat berbenah di penginapan.
Si pencipta lagu Bengawan Solo, Gesang, juga seperti Oka Tubelen
baru saja strok tiba. "Selama masih hidup saya akan mencipta
terus," kata Gesang, duda yang umurnya kini 60 tahun.
Pembawaannya tetap tenang, setenang air Bengawan Sala - kalau
tidak banjir. Gesang juga dikenal menciptakan lagu seperti
Tirtonadi dan Saputangan. Itu tahun 50-an. Lama setelah itu ia
rupanya tidak melahirkan lagu baru lagi. Tapi akhir-akhir ini
Gesang scring muncul untuk menyanyi dalam Orkes Keroncong
Bintang Surakarta pimpinan si kenes Waljinah. "Pendeknya," ujar
Gesang "hadiah ini jangan sampai membikin saya mandeg berkarya."
Penerima hadiah masing-masing mendapat piagam dan uang Rp 250
ribu yang sebagian ditabanaskan. Pemberian hadiah ini kelak akan
dijadikan tradisi tahunan yang akan dikaitkan dengan peringatan
Hari Pendidikan Nasional. Hadiah Seni dibagikan untuk pertama
kalinya tahun 1974. Tiga tahun setelah itu seakan terlupakan.
"Dulu kita belum punya dasar hukumnya yang kuat," kata Sekjen P
& K drs. T. Umar Ali. "Sekarang sudah ada SK Presiden, dan
DIPnya pun sudah jelas." Ketika ditanya mengapa yang menerima
sampai 38 orang tahun ini, Ali berkata: "Itu 'kan calon penerima
hadiah yang menumpuk di tahun-tahun sebelumnya."
Dari 12 tokoh olahraga, 5 hadian untuk para pembina olahraga.
Mereka adalah D. Soeprajogi (63 tahun), tokoh KONl (Ketua
Harian) yang paling getol mengusulkan kongres luar biasa PSSI,
Koosnadi (almarhum), pembina dunia tinju, Marwoto (almarhum),
tenis, Pairan Manurung (52 tahun), pembina olahraga penderita
cacad dan Aliagoes Entoes (58 tahun), penasehat Pelatnas
SEA-Games. Adapun dari pihak olahraawan: antara lain Carolina
Rieuwpassa (atletik), Wiem Gomies (tinju), Nyonya Lely
Sampoerno (tembak), Wongsosuseno (tinju) dan Saneng Hanafi. Yang
terakhir ini mewakili Indonesia dalam kejuaraan dunia atlit
cacad di London tahun 1974, dan berhasil meraih 1 medali emas
untuk lari 100 m dan 1 perunggu untuk lempar lembing.
Satu-satunya tokoh ilmu pengetahuan yang ditunjuk tahun ini: Dr.
Bambang Hidayat (43 tahun). "Penjaga peneropong Bosscha di
Lembang. Bandung, meraih gelar doktornya pada Case Institute of
Technology di Cleveland, Ohio, AS. Selain mengajar di ITB (Ketua
Departemen Astronomi), Bambang Hidayat dalam setahun menggunakan
200 malam untuk meneropong-neropong langit. Rumahnya sendiri di
dalam lingkungan Bosscha dengan pemandangan indah dan sejuk.
Hadiah - ini yang tiga tahun lalu bernama 'Anugerah Seni' -
antara lain diberikan juga kepada Mochtar Lubis (sastrawan),
Huriah Adam almarhumah (pembina tari di Dewan Kesenian Jakarta
asal Sumatera Barat), Ki Dalang Pudjosumarto - yang karena
rentanya harus duduk di kursi terus. Adi Bing Slamet dalam pada
itu mewakili almarhum ayahnya Bing Slamet untuk menerima hadiah.
Adi, mengenakan stelan safari warna hijau, ketika ditanya mau
diapakan medali untuk ayahnya itu, kontan menjawab: "Saya mau
taroh di gudang."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini