ISTRI, wanita, dan ibu punya banyak arti di mata para bapak. Setidaknya, begitulah yang muncul dalam parade 15 "penyair kagetan" menyambut Hari Ibu di TIM Jakarta, Senin pekan lalu. Ismail Saleh, 67 tahun, bekas menteri kehakiman, muncul dengan sajak berjudul kocak: Ada Ibu Ada Ubi. Dengan gaya khas, penggemar bekisar ini membacakan sajaknya: Ibu, sebutan abadi dan anggun (mana ada jabatan ibu pensiun) Ibu, sebutan jati diri (ada ibu jari, mana ada bapak jari ada ibu kota, mana ada bapak pertiwi) Ibu, peranannya tak tergantikan (mana ada bapak hamil sembilan bulan mana ada bayi netek payudara bujangan) Pengunjung bertepuk. Tak jelas, di mana ubinya. Lain lagi Menteri Tenaga Kerja Abdul Latief, 53 tahun, yang, katanya, membayangkan ibunya ketika menulis sajak yang berjudul Kukenang Mama. Petikannya: dalam suasana tepukan meriah, Mama berbisik canda untung kamu sekolah kalau tidak, di Roxi jadi preman bisa bisa jadi tukang buah Suara Abdul Latief agak serak membawakan sajaknya itu. Ia memang tak sampai menjadi pedagang buah, tapi pedagang telur sebelum sukses menjadi pengusaha. Ia mengaku, "Seumur-umur belum pernah baca puisi, apalagi di tempat seperti ini." Selain diramaikan kedua "penyair" tadi, acara ini juga dimeriahkan Hendropriyono, Marzuki Usman, Ismail Metareum, Syaukat Banjaransari, H.M.N.M. Hasyim Ning, Sri Edi Swasono, dan pemusik Bimbo. Pokoknya, bapak-bapak yang beken.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini