Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ABSENNYA Kiai Wawan Gunawan Abdul Wahid sebagai khatib salat Jumat virtual pada 12 Maret lalu membuat Usman Hamid kelabakan. Pegiat hak asasi manusia dan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia itu semestinya hanya menjadi pewara dalam rangkaian ibadah lewat konferensi video Zoom tersebut. Saat Kiai Wawan mengabarkan belum sembuh dari meriang hingga satu jam sebelum salat dimulai, Usman akhirnya menggantikannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Usman harus menulis naskah khotbah dalam waktu yang mepet. Siang itu tema yang diusung adalah “Pembebasan Perempuan Ala Al-Quran”. Menyusun khotbah dadakan membuat Usman agak telat membuka rangkaian salat Jumat. “Sebenarnya saya panik di balik layar. Telepon kiai sana-sini, tapi tidak ada yang bisa. Sebagian malah enggak berani karena virtual, padahal Tuhan Maha Virtual,” kata Usman, 44 tahun, melalui pesan WhatsApp, Rabu, 17 Maret lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama berkhotbah, Usman memperlihatkan raut wajah serius. Ia terdengar fasih melafalkan ayat-ayat Al-Quran, misalnya Surah An-Nisa, dan penggalan tafsir Al-Tabari ataupun Muhammad Abduh tentang kepemimpinan perempuan. “Ada satu anggota panitia yang bilang ke saya, ‘Bang, muka kau tegang kali’,” ucap Usman, yang terakhir kali menjadi khatib salat Jumat virtual pada 25 Desember 2020.
Usman rutin menjadi pewara sejak Public Virtue Research Institute menggelar salat Jumat virtual mulai 5 Maret lalu. Salat Jumat virtual rencananya diadakan selama pandemi, terutama saat kluster penularan di rumah ibadah atau kegiatan ibadah masih tinggi. “Sekaligus menjadi forum silaturahmi para aktivis yang terfragmentasi pasca-pemilu presiden dan forum belajar bagi generasi baru aktivis,” ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo