Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berprestasi di tingkat internasional tak pernah ada dalam bayangan Malvin Imantaka Abidin, Niken Ayu Prameswari, dan Wafiqah Az Zahra sejak berkuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Banyumas, Jawa Tengah. Sebagai mahasiswa, mereka melakukan hal-hal sewajarnya, seperti mengikuti kelas dan mengerjakan tugas. Sampai suatu ketika, sebuah tawaran datang dari dosen mereka untuk mengikuti kompetisi tingkat dunia pada Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
International Competition Entrepreneurship Business Innovation (ICEBIV) 2022 menjadi perlombaan pertama yang mereka ikuti. Tak dinyana, ketiga mahasiswa ini berhasil menjadi juara ke-3 kategori business idea dalam kompetisi yang digelar di Malaysia itu. “Enggak percaya rasanya karena baru pertama kali coba. Aku enggak ekspektasi bakal juara. Yang penting tahu rasanya lomba ternyata kayak gini,” kata Niken kepada Tempo, Selasa, 16 Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Malvin dan Niken merupakan mahasiswa Manajemen Internasional angkatan 2021. Wafiqah juga satu jurusan dengan mereka, tapi tiga tahun lebih senior. Ketiganya dipertemukan oleh Rio Dhani Laksana, dosen dari Departemen Manajemen FEB Unsoed. Malvin, Niken, dan Wafiqah menjadi satu tim dengan nama Juragan Roti untuk mengikuti kompetisi ICEBIV. “Kami bertarung dengan sejumlah universitas ternama internasional dalam mengemukakan sebuah ide bisnis,” tutur Malvin.
Dalam kompetisi yang diadakan secara daring oleh Universiti Teknologi Mara Malaysia itu, tim Juragan Roti membuat ide bisnis startup. Lewat aplikasi bernama Readyssert, Malvin dkk berupaya menjual roti dan kue dari hotel-hotel di Purwokerto yang tidak terjual tapi masih berkualitas. Hal ini bertujuan mengurangi dampak sampah organik dari sektor pariwisata.
Dengan waktu tidak sampai satu bulan, ketiga mahasiswa ini melakukan berbagai persiapan demi mengikuti perlombaan pertama mereka. Dari mengembangkan ide serta membuat PowerPoint, video, juga esai yang menarik untuk dinilai. “Alhamdulillah, dalam waktu mepet, bergadang, dan akhirnya bisa selesai dengan akhir maksimal,” ujar Malvin.
Tim Readyssert berfoto bersama Kepala Galeri Investasi FEB Unsoed Rio Dhani Laksana. Dok. Pribadi
Pemuda berusia 19 tahun itu mengaku tak menyangka timnya bisa menang. Pasalnya, persaingan cukup berat. Kebanyakan lawan mereka telah memiliki perusahaan nyata, menghasilkan produk, dan punya penghasilan. Wafiqah menambahkan, video yang dibuat para pesaingnya juga sangat bagus. Namun, di luar dugaan, ide bisnis Juragan Roti bisa mengalahkan rival-rivalnya.
Menurut Wafiqah, salah satu tantangan tersulit selama mengikuti kompetisi adalah ketika membuat jurnal. Pada tahap terakhir itu, jurnal yang dibuat Juragan Roti sempat salah format sehingga harus direvisi. Mereka hanya diberi waktu dua hari untuk mengerjakannya. “Dan itu posisinya kebetulan kita ada kesibukan masing-masing dan digarap semalaman,” ucap perempuan berusia 22 tahun itu.
Pertama kali mendapat tawaran ikut lomba ini, Malvin tak butuh waktu lama untuk pikir-pikir. Bak menjemput rezeki, pemuda yang hobi menonton film dan bermain game ini langsung setuju. Dari lomba ini, Malvin mengaku jadi punya pengalaman menciptakan ide bisnis startup. Keuntungan lainnya, ia juga tahu ide kreatif orang lain serta bisa mempelajari potensi, kekurangan, dan peluang dari lawan-lawannya untuk dapat mengembangkan diri.
Wafiqah, yang kini menempuh semester 7, juga belum pernah mengikuti perlombaan apa pun yang berhubungan dengan jurusannya. Saat diminta mendaftar perlombaan, ia pun memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari pengalaman dan ilmu. Niken juga sepemikiran dengan Wafiqah. Karena ini lomba pertama, Niken menikmati setiap proses yang ia lalui dan berusaha semaksimal mungkin.
Rio Dhani Laksana, yang ditunjuk sebagai Kepala Galeri Investasi FEB Unsoed, juga tak sengaja memilih ketiga mahasiswanya sebagai satu tim. Ia melihat potensi dan kemauan dalam diri Malvin, Niken, dan Wafiqah sudah cukup untuk mendorong mereka terjun dalam persaingan antarkampus di luar negeri, bahkan sampai menjadi juara. Sebagai pembina Juragan Roti, Rio turut membantu anak didiknya tersebut dalam melakukan persiapan, seperti mengecek PowerPoint dan video. “Saya kasih masukan. Untuk lainnya, mereka akan berkembang dengan sendirinya,” kata dosen berusia 40 tahun ini.
Rio sendiri sudah terampil mengantarkan mahasiswa FEB Unsoed dalam meraih prestasi di tingkat nasional. Tahun lalu, misalnya, ada tiga kejuaraan yang dimenangi mahasiswanya, yaitu juara ke-2 Techstar Startup Digitalpreneur yang diadakan Create Kumpul, The Greater Hub SBM ITB, dan Australia Global Alumni. Kemudian menjadi juara ke-2 The 6th National Business Plan Competition HIMAWA FEB UMY serta Juara Produk Terbaik dan Maker Terfavorit Lomba Inkubasi Nasional DJPPR Kementerian Keuangan.
Perjuangan Malvin dkk, kata Rio, tak akan berhenti di perlombaan ICEBIV. Ketiga mahasiswanya itu kini sedang menyiapkan diri mengikuti kompetisi manajemen bisnis tingkat nasional pada kategori business model canvas yang lebih dalam dari kategori lomba di ICEBIV. “Tidak harus menang juga. Yang penting mereka dalami aplikasi bisnis itu. Misalnya mereka selesai kuliah, itu bisa diaplikasikan kalau mau bikin bisnis apa pun, akan paham.”
FRISKI RIANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo