BEBERAPA tahun lalu Herman Sarens Sudiro lulus sebagai sarjana
llmu Administrasi Negara di Universitas 17 Agustus. Kini
brigadir jenderal tersebut jadi Kuasa Usaha Rl di Malagasi. Di
Universitas Jayabaya, ada sekitar 140 perwira ABRI yang ikut
kuliah malam. Sebagian besar mengambil jurusan Hubungan
Internasional, Fakultas Hukum. Hal ini telah dipelopori oleh
Mayor Jenderal Jamin Gintings (almarhum) yang mulai kuliah di
tahun 1967.
Waktu Jayabaya (yang kini mempunyai gedung baru di Cempaka
Putih, sumbangan para alumni) masih berdiri di gedung lama, para
perwira yang kuliah kembali, masih sedikit. Waktu itu, satu dua
orang perwira dicampur dengan mahasiswa lain. Kini, karena
jumlahnya meningkat terus, telah dibuat kelas khusus untuk
mereka. Aula gedung Kostranas pada petang hari dijadikan ruang
kuliah mereka. "Dan disiplin belajar mercka, luar biasa", kata
M.O. Tambunan pembantu rektor I, bidang Akademis "mungkin karena
sudah terbiasa disiplin".
Biasanya mereka datang dengan pakaian preman, bahkan beberapa
tahun yang lalu ada yang kuliah dengan bawa pengawal segala.
Setelah pindah ke gedung Kostranas, pengawal tidak perlu
dicangking lagi. Mereka yang kini telah jadi alumni Jayabaya
ialah: Mayor Jenderal Sumadi (bekas Panglima Tanjung Pura),
Mayor Jenderal Pumomo (Lemhanas) Mayor Jenderal Bustami (Atase
Militer di Kairo). Yang belum tamat antara lain Letnan Jenderal
A. Taher dan Brigadir Jenderal Dadik K. (Panglima di Timor
Timur). Ada pula yang lagi siap-siap untuk ambil gelar doctor.
Untuk bidang hukum dan ekonomi, kini sedang disiapkan untuk
kelas baru. "Kami menunggu jumlah peminatnya sampai 30 orang",
ujar Mayor Jenderal Purnomo, dokterandus, kini jadi koordinator
kuliah ABRI. Tujuan kuliah kembali, menurut Purnomo karena: "Di
tahun 1945, kami termasuk orang-orang yang mengorbankan bangku
kuliah. Permulaan tahun 1950 kami cuma mendapat pendidikan dari
dinas yang disebut LPPU (Lembaga Pendidikan Pengetahuan Umum)
yang setingkat dengan SMA. Karena itulah, kami kuliah lagi. Dan
banyak dari kami yang mengambil Hukum Internasional, karena kami
menganggap ABRI dan politik itu seperti uang coin, kalau ada
depannya, harus ada belakangnya". Biasanya, ada kelas khusus
untuk mereka yang tingkat persiapan sampai sarjana muda. Untuk
mereka yang ingin mengambil gelar sarjana, biasanya berkuliah
bersama mahasiswa yang lain.
Kata Tambunan lagi: "Mereka serius sekali dalam belajar. Juga
cepat menguasai persoalan, sehingga bagi kami para dosen, harus
sedikit hati-hati memberi pelajaran. Dan tidak betul, kalau
mentang-mentang ABRI mereka lantas diluluskan. Ada juga di
antara mereka yang tidak lulus. Karena sebagian besar mereka
belajar dengan serius, tentu saja mereka lulus".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini