SUDAH tiga pekan penyanyl remaja Chicha Koeswoyo mengesampingkan buku-buku pelajarannya. Juga buku musik. Ternyata, dia lagi asyik membuka buku-buku arsitektur - empat di antaranya berbahasa Jermm. "Yang saya perhatikan cuma gambar-gambarnya," ujar Chicha. Untuk apa? Ternyata, Chicha, 16, menjadi arsitek pembangunan kembali rumahnya yang rusak akibat ledakan gudang mesiu Cilandak. "Seminggu sekali saya ikut jadi mandor," katanya. Bentuk rumah itu sendiri, menurut Chicha, bergaya Spanyol. "Tapi bagian atasnya dibuat seperti bentuk pendopo." Mengenai biaya pembangunan, kata Chicha, urusan ayahnya, Nomo Koeswoyo. "Chicha sama sekali tak tahu-menahu," ujar pelajar kelas I SMA Tarakanita itu. Yang diketahuinya, ada sumbangan pemerintah untuk korban ledakan. "Tapi sumbangan itu saya sumbangkan kembali untuk pe duduk sekltar sini," kata Chicha. Di rumahnya yang tengah dipugar, di Jalan Haji Nawi, Kebayoran, Jakarta Selatan, Chicha membangun pula semacam prasasti. "Untuk mengenang peristiwa Cilandak sampai tua nanti," kata Chicha. Prasasti itu persis di sebelah kamarnya, yang dulu kejatuhan peluru mortir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini