ORANG Indonesia pertama yang menyalami Presiden Filipina Corazon Aquino setelah gagalnya kudeta Kolonel Honasan mungkin kritikus Hans Bague Jassin. Dan Jassin tak cuma bersalaman. Ia menghadiahkan Quran dengan terjemahan Inggris, sementara Nyonya Jassin memberikan tanda mata taplak meja khas Gorontalo. Peristiwa Selasa sore pekan lalu di Istana Malacanang, Manila, itu merupakan rangkaian perjalanan seminggu H.B. Jassin yang menerima Hadiah Magsaysay -- bersama pemenang dari Bangladesh, Taiwan, Malaysia, dan Muangthai. Sehari sebelumnya, Jassin, di Philamlife Auditorium, mengenakan pakaian khas Gorontalo, menerima hadiah, "yang besarnya belum pernah saya peroleh selama hidup." Yakni, US$ 20.000 atau sekitar Rp 33 juta. Maka, impian tokoh kebudayaan berwajah gemuk, berkaca mata, yang arlojinya selalu lebih cepat 15 menit itu, segera terwujud. Yaitu, "membeli papan ketik yang ada gambarnya...." Atau kata "kuno"nya personal computer. Dan untuk pertama kali, Jassin merasa jadi orang sangat penting. "Saya mendapat pengawalan yang sangat ketat. Sampai-sampai ada mahasiswa Filipina yang ingin ketemu saya dilarang oleh pengawal saya," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini