SETELAN jasnya biru tua. Dasinya hitam bergaris merah. Sebutir
mutiara di tengahnya. Sore itu, pekan lalu, bekas Wa-Pres Sri
Sultan Hamengkubuwono IX, 70 tahun, bersama istrinya Ny. Noorma,
tampak berseri-seri. Ia menerima penghargaan Bintang Matahari
Terbit Kelas Satu dari Kaisar Hirohito. Seorang lagi, usahawan
Hasyim Ning, 66 tahun, menerima Bintang Matahari Terbit Kelas
Dua dari Kekaisaran Jepang itu.
Hadir dalam upacara resmi antara lain Menteri Ris-Tek Habibie,
bekas Menteri Perhubungan Frans Seda, bekas Dubes RI di AS
Ashari. Ibu Rahmi Hatta juga diundang, sebab acara itu
berlangsung di rumah janda Proklamator tersebut--rumah hadiah
pemerintah yang dikontrak Du-Bes Jepang Toshio Yamazaki.
Setelah melipat jari-jarinya di depan bintang yang disandangnya,
Sri Sultan mengucapkan kata sambutan tanpa teks dalam bahasa
Inggris yang enak: "Selama 50 tahun belakangan ini pengaruh
Jepang banyak meliputi diri saya dan bangsa Indonesia. Puluhan
sahabat saya orang Jepang. Saya merasa kehilangan kalau mereka
meninggal satu per satu hingga akhirnya tinggal seorang my old
friend (Takeo) Fukuda." Fukuda, 77 tahun, tokoh berpengaruh
dalam partai terbesar dinegerinya (LDP), adalah bekas PM
Jepang.
Dengan bahasa yang cukup terjaga, ia melanjutkan ceritanya
dengan puitis: "Masih segar dalam ingatan saya, sore itu kami
duduk berdua berbincang-bincang tentang berbagai hal. Entah
sudah berapa cangkir sake kami minum ketika hari tiba-tiba
menjadi malam." Hadirin pun tertawa. "Bila senja itu saya
meninggalkan ruang tamu Fukuda, saya merasa hubungan
Indonesia-Jepang telah diperbaiki," lanjutnya disambut tepuk
tangan.
Menurut Du-Bes Yamazaki, pertimbangan pemberian penghargaan
kepada Sri Sultan karena jasanya memperbaiki hubungan ekonomi
Indonesialepang. Juga Hasyim Ning. "Bahkan sebelum Perang Dunia
II, ia sudah menjalin hubungan dagang dengan Jepang," kata
Du-Bes Yamazaki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini