TAK hanya banyak melihat, Maha Chakri Sirindhorn, Putri Muangthai itu, juga banyak mencoba. Di Yogya sebuah becak dimasukkan ke halaman Gedung Agung. Mengenakan sepatu berhak pendek dan bergaun merah bata, sang Putri cukup repot mencoba menggenjot becak tadi. Berkali-kali becak itu oleng, sehingga harus dipegangi pengawal dan Aditrisno, pemiliknya. Setelah menempuh jarak sekitar 200 meter, Putri Muangthai turun, tampak puas. Tapi yang kecewa adalah Aditrisno. "Wah, kalau saya tahu dia itu ratu, pasti sadelnya saya ganti yang empuk," kata pemilik becak, setelah menerima bayaran Rp 3.000. Melihat andong pun sang Putri ingin mencoba. Sebuah andong yang mangkal di sekitar Gedung Agung dipanggil. Karena melihat kudanya agak beringas, tamu dari Muangthai itu cukup duduk di sampmg kusir - dan berputar-putar. Mungkin karena puas, ia kontan membayar sais itu Rp 20.000. Hanya satu yang tak dicoba Putri Sirindhorn. Tak seperti kebanyakan tamu agung, ia menolak ketika ditawari merogoh arca Budha dalam stupa di Candi Borobudur - yang dipercaya untuk menguji sukses tidaknya suatu cita-cita. Sang Putri beralasan bahwa tangannya terlalu pendek. Tapi kepada seorang stafnya ia kemudian berbisik "Apakah Anda percaya pada legenda itu? Kalau saya kok tidak ...." Yang dibisiki diam saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini