Legenda Yang Hidup Dari Era Minyak

DI kantor di Airport Boulevard, Houston, Texas, itu semuanya berwarna merah: karpet, telepon, kursi, alas meja, bahkan rambut sekretaris direksi. Di situlah Paul Neal "Red" Adair bertahta: pria berumur 69 tahun dengan rambut merah, topi dan mantel merah. dua mohil pribadi Cadillac dan Mercedes - merah, dan sebuah kapal pesiar berwarna kesumba. Dia dijuluki "legenda yang hidup dari era minyak". Tidak berlebihan: sudah 47 tahun Adair menjinakkan api semburan liar. Dari Texas Timur ke Laut Utara, dari Australia hingga Aljazair. Ketika api menjilat semburan liar di sumur A-23 ladang gas Lhok Sukon, Arun, 4 Juni 1978, dia jugalah yang diminta datang untuk memadamkan. Karyawannya hanya belasan, dan biasa dijuluki "kelompok penantang neraka". Untuk setiap penjinakan, Adair dibayar antara US$ 2.500 dan US$ 6,6 juta, tergantung besar kecilnya api. "Melawan api di sumur minyak berarti berhadapan dengan salah satu kekuatan yang paling menakutkan di dunia ini," kata Adair, bekas penjinak bom pada PD II. Kemenangan gilang-gemilang dipetik Adair dari ladang gas Aljazair, 1962. Api menjulang 150 meter, sehingga astronaut AS John Glenn, yang ketika itu berada di orbit lebih dari 160 km dari bumi, bisa menyaksikan kebakaran itu. Menurut para ahli minyak Prancis, kebakaran itu baru bisa dipadamkan setelah seratus tahun. Adair datang, dan membungkam api dalam enam bulan!