BUYA Hamka berada di Yogya pada puncak acara peringatan Maulud,
minggu pertama Pebruari. Rasanya ini baru pertama kali seorang
tokoh Majelis Ulama Indonesia diundang dalam perayaan Sekaten.
Dan acara Hamka cukup padat. Ada silaturahmi dengan ormas Islam
se-Yogya, di Hotel Sri Manganti. Pada acara tanya jawab,
seseorang bertanya t,entang Komando Jihad. Hasan Basri, salah
seorang ketua Majelis Ulama memberi penjelasan panjang lebar
dengan menyebut beberapa kasus. Dan akhirnya "Jadi soal Komando
Jihad, kami, juga seperti anda sekalian, tahunya bahkan dari
koran."
Hasan Basri menambahkan: "Tapi harap pers yang hadir malam ini
tidak mengutip pendapat tadi." Tiba-tiba seseorang mengacungkan
tangan. A.R. Baswedan, sekarang Ketua Dewan Dakwah DIY. Ujarnya:
"Jangan begitu. Pers harus boleh menulis ini, kalau dianggap
penting, karena bagi kita tidak jadi persoalan." Hasan Basri
ketawa dan membenarkan.
A.R. Baswedan, selama Hamka di Yogya, selalu mengawal dan jadi
penunjuk jalan. Sekali ketika delegasi Majelis Ulama akan
meninggalkan Kraton, Hamka dan rombongan sulit sekali melepaskan
diri dari lautan manusia. Padahal Buya harus memberi khotbah di
mesjid yang letaknya di sisi lain Alun-alun Lor. Maka seseorang
mengambil inisiatif: minta mobil polisi yang memakai sirene.
Buya dan beberapa orang lagi berhasil masuk mobil-kecuali
Baswedan. Dia nyaris tertinggal -- kalau tidak Hamka yang
menyetop pengemudi yang kelupaan menyilakan Baswedan. Dan apa
komentar yang terakhir ini? "Tampang saya bukan tampang ulama
sih." Memang, semua tokoh Majelis Ulama mengenakan sarung dan
peci, kecuali Baswedan yang hari itu memakai celana panjang dan
kemeja safari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini