Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Iklim Sedunia Berubah

Iklim sedunia akan berubah karena penambahan atau pengurangan lapisan ozon. Akibat kegiatan manusia dirumah kaca, penerbangan pesawat concorde & mengalihkan aliran sungai.(ilm)

3 Maret 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI sebuah pulau kecil lepas pantai Virginia, Amerika Serikat, sebuah roket meraung ke udara menjelang matahari terbit. Pagi itu (18 Pebruari) di antarnya satelit seberat kurang lebih 150 kg ke dalam orbitnya, 600 km di atas permukaan bumi. Tugasnya menyelidiki lapisan ozon yang melingkupi bumi sebagai filter raksasa terhadap sinar ultra violet. yang bahaya dari program matahari. Ia merupakan sebagian dari penyelidikan AS, yang dibekali dana $ 10 juta, guna mencegah efek pencemaran lapisan ozon oleh kegiatan manusia. Pencemaran itu diduga menimbulkan pengaruh terhadap perubahan iklim. Di Jenewa, para sarjana kebetulan membahas soal iklim dengan segala kemungkinannya. Dalam World Climate Conference itu selama dua minggu sampai pekan lalu juga disinggung soal iklim yang akan makin dingin (TEMPO, 17 Pebruari). Tapi kenapa? Dalam sejarah yang menjangkau kurun waktu ribuan tahun, agaknya keadaan normal iklim bumi adalah jauh lebih dingin dibandingkan dengan iklim yang berlaku sejak awal abad ke 20 sampai kira-kira tahun 1960. Para sarjana umumnya sependapat bahwa periode 50 tahun pertama dalam abad ini merupakan puncak 'musim panas kecil' dan sekarang iklim mulai kembali kepada keadaan normalnya. Gejala ini dipelajari oleh dua tim sarjana yang masing-masing dipimpin oleh Reid Bryson dari Universitas Wisconsin Madison, Amerika Serikat dan Hubert Lamb dari Uniersitas Anglia Timur, Inggeris. Profesor Bryson mengatakan "kondisi nyaman antara 1910 sampai 1960 merupakan suatu keadaan sementara -- interupsi masa 'abad es kecil' yang cukup panjang, ke arah mana sekarang kita kembali." Sebagian besar peserta konperensi itu sependapat dengan pandangan ini. Namun ada juga seperti E.K. Federov, ahli klimatologi dari Uni Soviet, yang mengatakan pandangan demikian tidak beralasan. "Justru terjadi kecenderungan ke arah memanasnya iklim di belahan utara bumi ini," katanya. Rupanya masih menjadi bahan kontroversi adalah ke arah mana perubahan iklim bergerak. Agaknya terjadi suatu kompromi seperti diungkapkan oleh Profesor Hubert Lamb, "selama dua dasawarsa mendatang kecenderungan ke arah iklim lebih dingin dan tidak tetap polanya akan berlangsung. Sesudah itu, menjelang pertukaran abad, iklim akan menjadi makin panas akibat 'efek rumah kaca'. Efek Rumah Kaca 'Efek rumah kaca' (greenhouse effect) adalah efek yang ditimbulkan oleh dioksida arang di dalam atmosfir yang kian bertambah akibat penggunaan energi dengan cara pembakaran minyak, batubara dan kayu ditambah berkurangnya luas hutan belukar. Penggunaan energi sejagat demikian suatu institut dari Austria meramalkan rmungkin meningkat tiga sampai lima kali pada pertengahan abad mendatang. Bayangkan dioksida arang makin berlipat ganda terus. Dioksida arang ini bertindak sebagai selimut yang menahan gelombang panjang (panas) dari sinar matahari dan dengan demikian meningkatkan proses pemanasan iklim di bumi. Proses ini diberi nama 'efek rumah kaca' karena mempunyai persamaan prinsip dengan proses pertanian rumah kaca di negeri beriklim dingin. Karena Concorde? Bertentangan dengan efek ini adalah efek 'gunung api manusia'. Diberi nama demikian oleh Profesor Bryson karena letusan gunung api yang menyemburkan debu ke udara (seperti Krakatau tahun 1883), merupakan proses alamiah dan mempunyai efek klimatologis. Serupa efeknya dengan yang ditimbulkan karena penggunaan bermacam-macam zat kimia secara meluas sekali oleh manusia, dan meningkatkan kadar zat 'asing' di udara jauh di atas konsentrasi normalnya. Proses ini cenderung menghalangi sinar matahari mencapai permukaan bumi sehingga terjadi efek pendinginan iklim. Tapi para sarjana umumnya berpendapat bahwa 'efek rumah kaca' yang menentukan, dan dalam waktu dekat efek ini akan mengungguli efek mendingin alamiah dan efek 'gunung api manusia' dari Profesor Bryson, sehingga akhirnya menghasilkan suatu pemanasan iklim menyeluruh. Apa akibatnya bagi manusia belum dapat dijawab dengan tepat, tapi seperti dikatakan oleh Dr. Robert M. White dari u.s. Nationai Academy of Sciences "Jelas bahwa perubahan dalam iklim akan mempunyai efek di berbagai wilayah di bumi ini. Akan ada yang beruntung dan ada pula yang rugi. Suatu perubahan dalam pola iklim pasti menjurus ke pembagian baru dari kekayaan alam.' Lebih semu lagi nada Stephen Schneider dari Pusat Penyelidikan Atmosfir di Boulder, Colorado, AS, yang mengatakan "pelajaran pokok yang bisa diambil dari gejala perubahan iklim, bukanlah gejala itu sendiri, melainkan malapetaka yang ditimbulkannya. Seratus tahun yang lalu saja manusia masih jarang di bumi. Bila terjadi akibat buruk karena perubahan iklim, manusia dengan mudah berpindah ke tempat lain yang lebih baik kondisinya. Tapi sekarang bumi sudah padat dan seakan-akan di atas ujung tanduk. Tekanan baru akibat perubahan iklim akan terbukti melebihi daya tampung sistim dunia yang memang sudah melemah." Berbagai negara pernah menolak pesawat penumpang supersonik Concorde melintasi atau mendarat di wilayah mereka. Di samping faktor bising, mereka khawatir akan pengrusakan terhadap laplsan ozon akibat semburan gas dari mesin pesawat itu. Kekhawatiran ini bukan karena pertimbangan klimatologis, melainkan pertimbangan akan timbulnya gangguan kesehatan, terutama kanker kulit oleh lolosnya sinar ultra violet. Karena Sungai Akibat klimatologis dari pengrusakan terhadap lapisan ozon dikemukakan oleh Profesor John Mason dari Inggeris dalam kertas kerjanya pada Konperensi Iklim Sedunia. Ia menyimpulkan bahwa memang terdapat penurunan suhu akibat menipisnya lapisan ozon, tapi "tidak akan mempunyai efek yang berarti terhadap iklim dalam abad ini." Yang agak menguntungkan adalah-karena produksi ozon cenderung meningkat dalam kondisi suhu lebih rendah -- 'efek rumah kaca' yang menahan sinar panas di dekat permukaan bumi, mungkin bisa mengimbangi proses pendinginan yang terjadi. Profesor Mason menunjukkan bahwa dalam waktu 100 tahun mendatang lapisan ozon bisa bertambah dengan 5% sehingga mungkin dapat mengimbangi menipisnya lapisan ozon akibat kegiatan manusia yang merusak yang lain. Proyek raksasa seperti yang direnca nakan Uni Soviet, RRC, India dan Australia untuk mengalihkan aliran sungai besar di wilayah mereka akan sangat mempengaruhi pola iklim sedunia. Akan timbul masalah baru, yaitu apakah suatu negara berhak melaksanakan proyek raksasa demikian, sekalipun di wilayahnya sendiri, mengingat pengaruhnya di seluruh dunia? Agaknya manusia dalam mengejar peningkatan mutu hidup melalui ilmu dan teknologi, secara tidak sengaja turut mempengaruhi lingkungan sehingga terjadi perubahan dalam pola iklim sedunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus