CINTA bisa datang dari sebuah musibah. Syahdan, suatu hari, Iwan Jaya Azis, 37 tahun, tak melihat asistennya masuk kerja. Padahal, hari itu banyak pekerjaan yang perlu dibereskan. Iwan marah besar. Begitu asistennya masuk, langsung disemprot. Ternyata, sang asisten kemalangan. Salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia. Iwan lalu menyesal. Lalu minta maaf. Lalu merasa kasihan pada wanita itu. Lalu memperhatikannya lebih sering. Lalu ... lalu memacarinya. Dan Ahad kemarin, ekonom muda dari FE-UI ini lalu bersanding dengan asistennya itu, Erina Ekawati, 24 tahun. Bagaimana Iwan menyiapkan pernikahannya? "Wah, saya masih menyelesaikan makalah, tinggal empat halaman lagi," ujarnya Jumat pekan lalu. Artinya, ia tetap saja sibuk seperti tak ada perkawinan. Tapi mungkin Iwan hanya sekadar menampik. Soalnya, ia risi ditanya soal-soal pribadi. "Lebih baik saya diwawancarai soal ekonomi," katanya menantang. Ia lalu mempersilakan teman dekatnya sebagai juru bicara. Ke mana berbulan madu? "Sehari setelah menikah, hari Senin, Iwan sudah harus menghadiri rapat di UI," ujar temannya itu. Lalu seminggu setelah menikah ada seminar. Iwan itu mau punya berapa anak? "Tampaknya itu dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi kuantitatifnya. Menurut pertimbangan rasional, dua atau tiga anak," ujar temannya ini. Entah itu betul pendapat Iwan atau tidak, mana tahu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini