DESEMBER 1948, Surakara diserang Belanda. Tokoh-tokoh yang
kebetulan ada di sana, antara lain Kasimo, Menteri Persediaan
Makanan Rakyat dan R. Pandji Soeroso, pegawai tinggi Kementerian
Dalam Negeri, mengungsi ke lereng Gunung Lawu. Dari situ mereka
menyeberangi jalan Surakarta-Pacitan, menuju Ngawen.
Dalam kegelapan, tiba-tiba Soeroso (ketika itu berusia 53 tahun,
dan agak sakit-sakitan) terjerumus ke dalam selokan yang cukup
dalam. Tapi ia segera bangkit lagi. Tibalah ia di sebuah kampung
yang sudah dikenalnya. "Kok kembali lagi?" cetusnya
terheran-heran. Ternyata, dalam gelap, ia berjalan kembali ke
tempat semula.
"Saya tidak tahu apakah saya harus ketawa waktu mendengar cerita
itu," tulis T.B. Simatupang dalam buku Laporan dari Banaran yang
memuat kisah tersebut. Yang pasti, "jago tua" yang
diceritakannya itu telah meninggal dunia akhir pekan lalu. Di
rumah kediamannya di Jalan Kerawang, Menteng, Jakarta, dalam
usia 86 tahun.
Tokoh koperasi yang 1960 mendirikan Ikatan Koperasi Pegawai
Negeri (IKPN) dan jadi ketua umumnya sampai tahun lalu
--digantikan Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo -- itu
meninggalkan 8 anak. Semuanya telah berkeluarga. Ibu mereka
telah meninggal 1968.
November 1979, Soeroso memperoleh bintang penghargaan dari
Presiden Suharto dan diangkat sebagai 'Bapak Koperasi Pegawai
Negeri'. Kecuali itu ia banyak pula memperoleh bintang tanda
jasa.
Mendiang adalah Gubernur Ja-Teng yang pertama. Juga beberapa
kali menjadi menteri selama 1950-1956 -- antara lain menteri
perburuhan, menteri sosial dan menteri PUTL. Jenazahnya
dimakamkan di Mojokerto, 17 Mei.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini