DI bawah patung kuda putih di peternakan kuda Pamulang, Parung,
Jawa Barat, tak seperti biasanya, sejak akhir pekan lalu
terlihat ada karangan bunga kematian.
Memang ada yang sedang berduka. Kamis sore pekan lalu, Mayor
Jenderal (purnawirawan) Suhardjono, pemilik peternakan itu,
meninggal di RS Husada karena serangan jantung.
Bekas Dirjen Pos-Tel (1966-1977) itu pernah menjadi berita di
seantero dunia. sehubungan dengan proyek satelit Palapa. Ia
oleh harian The New York Times diberitakan menerima komisi dari
sebuah perusahaan Amerika Serikat. Dalam wawancara dengan TEMPO
waktu itu, Februari 1977, ia membantah.
Tapi keluarga Suhardjono memang kaya. Ada 100 ekor kuda lebih di
Pamulang itu yang luas tanahnya sekitar 25 ha. Dan menurut nilai
mata uang 3 tahun yang lalu, ongkos pemeliharaan seekor kuda
tunggang biasa sekitar Rp 35 ribu per bulan. Untuk kuda pacu dua
kali lipat. Harga seekor kuda sekitar Rp 3 juta.
Suhardjono lahir 1923, di Yogyakarta. Kegemaran akan kuda
konon turun dari kakeknya. Sebelum menjabat Dirjen Pos-Tel, ia
Direktur Perhubungan Angkatan Darat. Kala ia berhenti sebagai
Dirjen Pos-Tel, 1977, ia pun sudah mengidap penyakit jantung.
Tapi baru tahun lalu ia ke Jerman Barat untuk berobat. Biasanya
ia hanya berobat ke RS Husada.
Jumat sore jenasah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kalibata. Banyak pejabat yang melayat, antara lain Emil Salim,
yang dulu pernah menjadi atasan Suhardjono sebagai menteri
perhubungan.
Mendiang meningalkan seorang istri -- yang mengurusi
peternakan itu -- dan seorang anak lelaki, Puspa Utama, 24
tahun. Anak itu hanya lulusan SMP, tapi kemudian sekolah di
Jerman Barat 5 tahun, memperdalam soal perkudaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini