Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiup lilin dan potong kue bagi banyak orang adalah hal biasa saat merayakan ulang tahun. Namun tidak demikian dengan aktor dan sutradara Slamet Rahardjo Djarot. Ia ogah meniup lilin ketika memperingati ulang tahunnya yang ke-68 pada Sabtu dua pekan lalu. Dalam acara yang digelar koleganya sesama seniman itu, Slamet justru memilih menyalakan lilin yang menancap di kue.
Sudah lama Slamet menolak tiup lilin saat ulang tahun. Keluarganya merayakan hari lahir Slamet dengan pemotongan tumpeng. "Meniup lilin itu tradisi yang menurut saya keliru," ujarnya Selasa pekan lalu.
Peraih Piala Citra itu beralasan cahaya lilin adalah simbol harapan. Tak sepatutnya cahaya yang menerangi itu dimatikan. "Dalam terang, kita bisa berbuat banyak hal bagi sesama, sementara kita tak bisa melihat apa-apa dalam gelap," kata aktor kelahiran Serang, Banten, itu.
Namun dia mengaku sesekali terpaksa meniup lilin bila kebetulan merayakan hari jadinya di luar negeri. "Melu wae sama teman-teman di Eropa," ujar Slamet, yang meraih Piala Citra kategori pemeran utama pria terbaik dalam film Ranjang Pengantin pada Festival Film Indonesia 1975 dan Di Balik Kelambu (1983).
Pesta ulang tahunnya kali ini juga dikemas dengan konsep menarik. Acaranya bukan sekadar santap bersama, tapi juga menjadi arena lokakarya. Tetamu dibebaskan membuat selendang, kalung, dan gelang dari bahan-bahan daur ulang. "Mereka bisa membawa pulang karyanya sebagai suvenir," tuturnya.
Konsep acara seperti itu membuat tak ada satu pun tamu yang menganggur. "Tiap orang merasa terlibat dan berarti dalam acara saya," kata Slamet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo