Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku badannya selalu melar sehabis mengunjungi Yogyakarta. Perutnya membuncit lantaran ia banyak makan di sana. "Kalau lagi di Yogya, sehari saya bisa makan empat sampai lima kali," katanya pada Rabu dua pekan lalu.
Padahal, untuk menjaga berat badan, mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura II ini biasanya hanya makan dua-tiga kali sehari. Namun, saat bertandang ke Yogyakarta, "aturan" makan ini ia lupakan. Hampir tiap bulan, Budi, yang menjadi Ketua Harian Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) dan anggota Majelis Wali Amanat UGM, mengikuti rapat di kota pelajar itu.
Tiap kali datang ke sana, Budi dan istri mencoba berbagai makanan tradisional, seperti ceker ayam, tengkleng, nasi liwet, dan kering tempe. Walhasil, saat pulang ke Jakarta, berat badannya bertambah 1-2 kilogram. "Kalau habis pulang ke Yogya, celana yang tadinya kendor jadi kenceng," kata alumnus Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UGM tahun 1981 ini.
Saat kuliah, Budi mengaku tak memiliki banyak kesempatan icip-icip seperti ini. Sebagai anak kos yang kantongnya cekak, ia tak bisa sering membeli makanan mahal. Untuk mengganjal perut, ia biasanya makan tahu goreng di kantin atau nasi pecel di depan Rumah Sakit Dr Sardjito, yang masih berada di lingkungan kampus. Bisa makan gudeg yang ada suwiran daging ayamnya saja sudah luar biasa. "Kalau mau makan ayam goreng utuh, nunggu ada teman yang selamatan," ujarnya, tergelak.
Karena itu, setelah bekerja dan sukses meniti karier, Budi tak perlu menahan keinginan makan enak. Ia dapat menikmati banyak makanan saat berada di Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo