"MEMANG banyak yang aneh-aneh dari yang lahir di sekitar tanggal ini," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam sambutannya pada pembukaan resmi bangunan Bentara Budaya, yang didirikan oleh penerbit harian Kompas di seberang kantor koran itu di Palmerah, Jakarta. Adapun yang dimaksudkan oleh Menteri Fuad Hassan pada tanggal 26 Juni itu ialah harian Kompas, yang didirikan 21 tahun yang lalu. Tapi yang justru persis berulang tahun bukanlah Kompas, melainkan Fuad sendiri. Fuad Hassan dilahirkan 26 Juni 1929, di Semarang. Orang-orang Kompas (yang sebenarnya tak aneh-aneh, seperti juga Menteri P & K) rupanya sudah tahu. Maka, Kartunis G.M. Sudarta -- oom dari Oom Pasikom itu -- membuat sebuah kartun: wajah Fuad Hassan, dari samping kiri, dengan hidung panjang. Itu barangkali kado paling aneh bagi Fuad Hassan hari itu -- setidaknya yang paling tidak bisa, misalnya, dimakan. Maka, Menteri P & K pun disalami beramai-ramai oleh para tamu, yang antara lain adalah Daoed Joesoef (bekas menteri P & K), B.M. Diah (bekas menteri penerangan), Frans Seda (bekas menteri keuangan), dan Harmoko (bukan bekas menteri, sebab ini menteri penerangan sekarang, tapi bekas Ketua PWI). Dalam sambutannya, yang seperti biasa, selalu menarik, Menteri Penerangan Harmoko dengan sengaja menyebut sebutan "bekas-bekas" itu. Sebab, katanya, "yang bekas" itu justru naik harganya. Buktinya, kata Harmoko pula, koleksi yang disimpan Kompas: barang-barang antik itu juga sebenarnya barang bekas. Dan rumah gaya Kudus, yang diletakkan di bagian depan kompleks Bentara Budaya, setelah diboyong dari Kudus nun jauh di sana, juga sebenarnya "bekas rumah". Maka, para bekas menteri yang hadir itu pun tertawa. Barangkali juga termasuk seorang bekas pemimpin redaksi, Mochtar Lubis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini