Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Skandal itu belum terungkap

Ratusan demonstran unjuk rasa di hadapan pm shimon peres, menuntut agarpenyebab kematian 2 orang palestina, pelaku pembajakan bis, diusut. kasus ini menyebabkan kabinet peres terancam ambruk. (ln)

5 Juli 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR tiga ratus demonstran mendatangi tempat kediaman PM Shimon Peres di Yerusalem, Sabtu pekan lalu. Sambil berteriak-teriak, mereka menggelar spanduk besar bertuliskan: "Anda berdiri tidak di atas hukum". Rombongan pendukung sayap kiri -- Partai Buruh -- itu mendesak agar Peres segera membentuk komisi pengusut skandal kematian misterius dua teroris Palestina, dua tahun lalu. Demonstrasi itu tampaknya merupakan reaksi terhadap pemberian ampunan kepada Avraham Shalom -- Kepala Dinas Intel Dalam Negeri, Shin Beth -- dan tiga orang pembantunya, oleh Presiden Chaim Herzog pekan lalu. Mereka jengkel karena Peres dianggap tak mau mendengar tuntutan mereka: agar Shalom dan para pembantunya mempertanggungjawabkan kematian dua pemuda Arab itu. Tewasnya dua pemuda Palestina itu memang mendapat sorotan tajam. Keduanya tertangkap hidup oleh satuan keamanan Israel setelah gagal membajak sebuah bis di sekitar Jalur Gaza, dekat perbatasan Mesir, 13 April 1984 lalu. Dua orang rekan mereka tewas dalam baku tembak. Kedua tawanan itu diserahkan ke tangan Shin Beth. Entah mengapa, mereka kemudian dilaporkan tewas. Kejadian itu bocor. Konon, keduanya mati karena digebuk petugas Shin Beth -- atas perintah Shalom. Maka, Shalom -- sebelumnya nama pimpinan Shin Beth tak pernah diketahui umum -- dituding telah melakukan pelanggaran hukum yang serius. PM Israel waktu itu Yitzhak Shamir, kini menjabat menlu, disebut-sebut mengetahui kejadian ini, tapi setuju untuk menutupinya. Maka, Shamir pun ikut dipersalahkan. Yang paling lega menyambut pengampunan Herzog tampaknya Menlu Yitzhak Shamir. "Saya berharap suasana kritis segera berlalu," ujarnya berharap pekan lalu. Harapannya ini beralasan. Setelah Shalom mundur, sasaran kecaman kemudian beralih ke Shamir. Ia dituduh menyetujui menutupi skandal tersebut sewaktu menjabat PM. Tuduhan yang menyeret Shamir serta pengusutan terhadap skandal tersebut bisa menggoyahkan keutuhan kabinet Israel. Bila Peres menyetujui pengusutan skandal ini, yang akan bisa mengguncang posisi Shamir, ada kemungkinan Partai Likud yang dipimpin Shamir akan menarik diri dari kabinet. Ini berarti pemerintahan Peres akan ambruk karena Likud merupakan pendukung utama pemerintahan koalisi sekarang ini. Karena itulah Peres menggeser Jaksa Agung Yitzhak Zamir bulan lalu karena tekadnya untuk mengusut skandal yang oleh pers Israel disebut "Watergate Israel" ini. Zamir digantikan Yosef Harish. Namun, jaksa agung baru ini ternyata juga bertekad mengungkap kasus ini. Karena itu, Harish merasa terpukul oleh pengampunan Presiden Herzog terhadap Shalom, "Tak ada jalan untuk pengusutan setelah ada pengampunan itu," ucapnya masygul. Peres sendiri tetap bertahan dengan argumen resminya: pengusutan akan membeberkan sistem kerja Shin Beth, yang bisa membahayakan keamanan neara dan melemahkan moral para anggota badan rahasia itu. Untuk meredakan kecaman, Peres -- yang Oktober nanti harus menyerahkan kursi PM kepada Yitzhak Shamir sesuai dengan persetujuan koalisi 1984 -- menjanjikan untuk membuat panduan kerja baru bagi Shin Beth, agar kesalahan tak terulang. Toh ada yang menuduh, heboh ini sengaja diciptakan kalangan Partai Buruh pimpinan Peres, agar mereka tak usah menyerahkan pergantian kursi PM kepada Likud pada Oktober depan. Senin pekan ini, parlemen Israel menolak mosi tidak percaya yang diajukan pihak sayap kiri. Namun, Knesset, parlemen tersebut, belum mencapai kesepakatan perlu tidaknya pengusutan. Peres sendiri, Senin malam lalu, menyerukan perlu adanya "pengusutan tentang tanggung jawab politis" skandal tersebut. Diduga ini merupakan semacam kompromi antara Peres dan Shamir: sebuah komisi pengusut akan dibentuk, tapi tanpa kekuasaan yang jelas, hingga penyidikannya tidak akan bisa tuntas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus