FEELING . . . itu bukan awal sebuah lagu pop. Tapi mula dan pernikahan Masagung, 60, dengan seorang idaman yang ditunggunya sejak 10 tahun lalu, "Jangan mengatakan wangsit. Dalam kamus kami, yang ada feeling dan kehendak Allah," ujar duda -- sebelum feeling -- tiga anak ini. Perkawinan dilangsungkan secara diam-diam menyesuaikan kondisi rumah di Gang Acong, Kramat, Jakarta Pusat, yang hanya seluas 100 m2, tempat akad itu dilangsungkan, hari Minggu yang lalu. Sri Lestari, 38, wanita yang memenuhi syarat mengisi kekosongan lubuk hati Masagung, "orang yang susah dicari." Kenapa? "Ya seiman dan tidak lagi mementingkan materi dan pribadi," kata yang lagi bahagia. "Selain itu, Sri juga seorang ahli tosan aji." Sederkana saja sebetulnya cara Masagung mengontak batin bekas, ya bekas, incerannya. Sri, kini Nyonya Masagung, asal Yogyakarta, konon masih berdarah bangsawan, semula berniat menjadi biarawati. Tapi sejak setahun lalu, di bawah bimbingan H. Rahmawati Soekarno dan K.H. Ghaffar Ismail (ayah Penyair Taufiq Ismail), Sri masuk Islam. Semakin bulat kesepakatan batiniah suami istri ini, bulan madu yang telah direncanakan, "Kami akan ke Tanah Suci. Dalam feeling kami, tahun ini adalah haji akbar," kata Masagung. Feeling akan mempunyai anak? "Kalau Tuhan memberi, dan itu harus ada usaha, he . . . he." Usaha feeling?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini