INI sebuah perjalanan dingin. Karena itu, Titiek Puspa menggigil."Huu... dinginnya." Lalu sahut Benyamin, "Ane hidupin dua pemanas, tetap aje ane nderodok." Itu memang duet Titiek dan Ben, tapi di luar panggung, bahkan di luar Indonesia. Persisnya di Australia, akhir Agustus lalu. Bila si nenek tiga cucu tetap segar dan tidak beku, ia memang punya ilmu. Sebut saja ilmu pernapasan. Yaitu mengembuskan dan menarik napas dengan cepat. Ini penemuan asli meski tak didaftarkan ke Direktorat Paten dan Hak Cipta. Seminggu Titick (disertai Mus Mualim, suami) dan Ben mcnghibur masyarakat Indonesia di Canberra, Melbourne, dan Sydney, diundang oleh Perhimpunan Warga Indonesia di Victoria dan Persatuan Pelajar Indonesia di sana. Ben, 48 tahun, tampaknya lebih tersiksa. Soalnya, ia habis digodok matahari 51 derajat di Mekah, lalu dimasukkan termos delapan derajat. Tapi kalau sudah menyanyi, "Lame-lame enak, karena ane bergerak-gerak, he-he-he." Akan halnya pernapasan Titiek, ditemukan dua puluh tahun lalu, ketika ia merasa pipinya turun. Coba ini coba itu, gerak begini gerak begitu, ketemulah senam mulut ini. "Jadi, pipi saya, yang kata orang dioperasi plastik, sebetulnya adalah hasil olah raga pernapasan itu," kata seniwati 50 tahun ini, sambil mendekatkan pipinya untuk dicek kebenarannya. Tapi sebelum wartawan TEMPO benar-benar mengetes pipi itu, Titiek sudah kembali memberondong, "Dan saya menemukan tujuh hal lain yang juga terpelihara. Bibir, paru-paru, perut, pinggul, peredaran darah." Kok cuma lima? "Yah, memang ada dua alat lain yang ikut jadi kencang, tapi masak Mas mau tahu." Sebenarnya mau, tapi malu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini