JAGO tua itu menyerah juga akhirnya. Sutradara dan aktor film kenamaan, John Huston, 81 tahun, pergi di saat shooting belum lagi usai. Meninggal dengan tenang, Jumat pekan silam, Huston -- yang menderita emphysema selama 40 tahun -- tak sekali pun menunjukkan tanda-tanda uzur. Slang plastik yang terjulur dari hidungnya ke sebuah tangki zat asam boleh dibilang hampir tak pernah lepas. Toh, Huston selalu tampak bersemangat, juga selama pembuatan film terakhirnya Mr. North, yang disutradarai putranya sendiri, Danny Huston. Vitalitas John Huston memang hebat. Awal tahun ini ia menyutradarai film The Dead, yang dibuat berdasarkan cerpen karya James Joyce, sastrawan besar Irlandia. Sineas ini tergolong sutradara Amerika yang tekun memfilmkan karya-karya sastra (The Red Badge of Courage dari Stephen Crane, Moby Dick karya Herman Melville, dan The Night of the Iguana dari Tennessee Williams). Semua pemain dan "crew" The Dead dikomando Huston dari kursinya, lengkap dengan sebuah pengeras suara. Inilah film arahannya yang terakhir, satu dari tiga film yang dibuatnya dalam usia di atas 80 tahun. Tapi adalah Prizzi's Honour yang melambungkan namanya lebih tinggi (memenangkan tiga hadiah kritikus Amerika, 1985, di antaranya untuk penyutradaraan). Sempat diputar di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, Prizzi's disutradarai oleh John Huston sementara putrinya, Angelica Huston, yang dinilai bermain baik di situ, memenangkan Oscar untuk perannya sebagai anak keluarga mafia. Lahir di Nevada, Missouri, 5 Agustus 1906, John Huston adalah anak tunggal pasangan Aktor Walter Huston dan Wartawati Reah Gore. Pasangan itu berpisah tujuh tahun kemudian, tapi pengembangan bakat John tidak terbengkalai karenanya. Namun, pada usia 14 tahun ia sempat mendekam lama di rumah sakit -- karena pembengkakan jantung -- tapi pada usia 15 tahun ia berlatih menjadi petinju. Baru pada usia 19 tahun, ia tampil dalam sebuah peran lumayan di atas panggung Off Broadway New York. Tak lama kemudian John menikah. Hidup aktor dan sutradara besar itu kemudian ditandai gelombang pasang surut yang seperti tak ada habis-habisnya. Masa mudanya penuh pemberontakan. Ia bertualang sebagai perwira dalam dinas tentara Meksiko, disusul satu tahun berluntang-lantung di London dan Paris. Ia lalu kembali ke Hollywood, mencatat sukses pertama dengan sebuah film detektif The Maltese falcon, 1941. Kecanggihannya sebagai sutradara dan penulis skenario diakui lewat dua Oscar yang dimenangkannya dalam film The Treasure of the Sierra Madre. Dalam film itu juga, ayahnya, Walter Huston, merebut Oscar sebagai pemain pembantu terbaik. Prestasinya dalam kawin cerai juga lumayan. Sepanjang hidupnya Huston menikah dan bercerai masing-masing lima kali. "Saya memang lima kali menikah, dengan seorang siswa remaja, seorang wanita baik-baik, seorang bintang film, seorang penari balet, dan terakhir seorang buaya," katanya setengah bergurau. Sampai ajalnya, ia telah menyutradarai 41 film dan bermain dalam 20 film. Ia juga sangat menghargai gaya setiap pengarang novel, yang ceritanya diangkat ke film, suatu hal yang oleh banyak orang dipandang tidak biasa. "Ia seorang yang perfeksionis," kata Geoffrey Holder, yang bermain sebagai Punjab dalam film The Orphan Annie. Berkat film ini, Huston menerima gelar doktor kehormatan dari Monmouth College, AS. Sutradara besar yang periang ini terpaksa meninggalkan gemerlap Hollywood, pada 1950, karena politik AS -- antikomunis yang tidak cocok dengan nuraninya. Ia seorang maverick tulen yang tak memihak, bertualang ke Eropa dan Afrika dengan membuat film seperti The African Queen dan 2The Roots of Heaven. Sejak tahun 1964 Huston menetap di Irlandia bersama istrinya yang keempat Enrica "Ricki" Soma dan putrinya Anjelica. Di tengah kebahagiaan ini, terjadi bencana ketika Ricki tewas dalam sebuah kecelakaan mobil. Huston menjadi peminum berat sekalipun begitu, hubungannya dengan ketiga anak: Tony, Anjelica, dan Danny tetap utuh. Ia juga membesarkan dua anak angkat: Pablo dan Allegra. Huston menulis serangkaian kisah hidupnya dalam sebuah buku berjudul An Open Book. Film dokumenternya Let there be Light, yang mengungkapkan perawatan melawan neurosis, dilarang Pentagon, tapi disanjung sebagai film dokumenter terbaik di AS. Menjelang usia senja, ketangguhan akting Huston masih teruji seperti terlihat dalam China Town, sebuah film yang beredar di sini awal 1980-an. Yulia S. Madjid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini