ADA dua hal yang membuat sedih hati Suwoto Sukendar, bekas kepala staf angkatan udara, sepulang naik haji baru-baru ini. Yang pertama, marsekal udara purnawirawan itu merasa kehilangan seorang sahabatnya, yakni Dice Budimuljono, bekas peragawati yang ditemukan mati ditembak (lihat Kriminalitas). Menurut Suwoto, 59, mereka berkenalan di perkumpulan Pangestu, organisasi kebatinan terbesar di Indonesia. Yang kedua, yang lebih ringan, yakni terjadi sewaktu Suwoto melakukan tawaf (mengelilingi Ka'bah). Dompet berisi 400 rial atau senilai sekitar Rp 120.000, hilang. Padahal, dompet itu sudah dia ikatkan kencang pada kain di pinggangnya. Tentu saja, purnawirawan yang masih tetap gagah itu waktu itu hanya memakai ihram. Mestinya, bila ada apa-apa dengan dompet itu mudah terasakan. "Eh, tahu-tahu, tanpa terasa, dompet sudah tidak ada," tuturnya. "Sedianya uang itu akan saya bayarkan untuk dam (denda) dan sedekah buat pengemis." Suwoto pergi haji bersama istrinya karena adanya "panggilan haji", yang "seperti tak terasa tapi ada". Sehabis pulang haji ia mengaku merasa lebih nikmat dalam beribadat. "Dulu, terus terang, kalau mau salat subuh, agak malas. Kini bangun pagi, lalu salat, rasanya kok tenteram," kata lelaki yang kumisnya rapi terpelihara meski sudah agak memutih itu. Lalu tambahnya, "Dalam usia sudah lanjut ini saya sudah menikmati segala pengalaman duniawi."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini