RUMAH di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, itu sepi sepi saja - seperti biasanya. Tapi, tak seperti biasa, Kamis sore pekan lalu penghuninya tampak muram, bahkan agak menyembunyikan kegelisahan. "Pada setiap ulang tahun saya pagi-pagi benar Bapak sudah bangun, mencium kening saya sambil memberikan bingkisan lalu kami makan berdua, berdua saja." Agaknya, kenangan manis itulah yang menggelisahkan Nyonya Hartini Soekarno pada hari ulang tahunnya, 20 September lalu. Ulang tahun itu diperingati seadanya, dihadiri anak-anak dan cucu-cucunya. Menurut janda presiden pertama RI itu, "Sejak Bapak tidak ada, setiap hari ulang tahun, saya merasa sedih." Mengaku tetap suka lari pagi di halaman rumah dan minum jamu, wanita yang dinikahi Bung Karno pada 1953 ketika masih berusia 29 tahun itu memang masih tampak segar dan awet muda. Sehari-hari, ibu tujuh anak itu (dua dari Bung Karno: Taufan dan Bayu, serta lima dari suaminya yang pertama) lebih banyak di rumah. "Tugas saya sebagai ibu negara sudah selesai. Tapi saya belum menunaikan tugas sebagai seorang ibu untuk anak-anaklah hidup saya sekarang," ujarnya. Semoga panjang umur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini