AIR mata Nien Lesmana tetes dalam Seminar Jazz di Hotel Sahid Jaya Sabtu dua pekan lalu. Sejak pagi sebentar-seentar ia menyeka matanya. Ketika diminta menyanyi bersama rekan-rekan almarhum suaminya, seperti Bill Saragih, Ireng Maulana, Paul Hutabarat, dan Katamso Danumihardja, ia tak mampu beranjak dari kursi. Kemudian Indra Lesmana, putranya, menyenandungkan Autumn Leaves, kesayangan Nien yang kerap dinyanyikan bersama Jack. Janda itu tak kuasa lagi menahan tangis. "Seumur hidup saya tidak bisa melupakan Mas Jack. Kenangan bersamanya terlalu lekat," ujarnya sendu. Seminar sehari yang diselenggarakan untuk menyambut Jak Jazz '88 itu, bagi Nien, adalah nostalgia. "Sebuah pertemuan yang mengharukan. Melihat teman-teman lama, rasanya ada yang kurang satu. Mas Jack," tuturnya. Ia terkenang waktu suaminya manggung bersama Paul Hutabarat, Marihot Hutabarat, dan Bill Saragih di tahun 50-an. "Mereka selalu main di bawah pohon asam di Wisma Nusantara sekarang ini." Nien aktif dalam Jak Jazz '88 karena semacam amanat. Almarhum Jack dan Ireng memang sudah lama menggagas pergelaran akbar itu. Lebih dari itu, "Ireng meminta saya agar menggantikan Mas Jack."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini