SUKMAWATI Soekarno sudah biasa melukis. Yang tak biasa adalah obyeknya: orang Indian. Dari 17 buah lukisan yang dipamerkan di Balai Budaya Jakarta pekan lalu, tujuh di antaranya berbau Indian. "Saya bersimpati pada nasib mereka yang kalah," kata anak presiden RI pertama ini. Simpati itu muncul sejak Sukma kecil. Ia sangat mengagumi dan memperhatikan dandanan orang Indian. "Nostalgia" ini makin menguat setelah ia menonton iDances with Wolvesr, film yang menampilkan kehidupan suku Indian itu, sampai tiga kali. Maka, Sukma yang belum pernah menginjak bumi suku Indian itu langsung menuangkannya dalam kanvas. Sukma mulai melukis wajah-wajah Indian ini sejak November tahun lalu. Satu lukisan rata-rata diselesaikannya dalam tiga hari. Di ruang pameran, lukisan itu berharga Rp 1,5 juta sampai Rp 6 juta. Darah seni yang mengalir dalam tubuh Sukma bukan cuma untuk urusan melukis. Ibu seorang anak ini sebelumnya lebih dikenal sebagai penari. Maklum, ia memang lulusan IKJ Jurusan Tari. "Sekarang kalau nari rasanya saya nggak mau lagi. Tapi, untuk bikin komposisi dan koreografi, bolehlah," kata Sukma, kini 41 tahun. Selain itu, ia juga membuat puisi dan menulis. "Saya sering bikin naskah film, tapi belum ada yang laku," katanya terus terang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini