DALAM usia 56, Ny. Rukmini Abidin tetap militan sebagai
pengusaha. Ia memiliki pabrik farmasi Tunggal pada awal tahun
70-an, setelah sejak 1954 bahu-membahu dengan suaminya, Zainal
Abidin, mengembangkan perusahaan farmasi Abdi. Sahamnya ada di
berbagai perusahaan obat dan kosmetik dan ia juga duduk dalam
pimpinannya.
Awal bulan ini reeki dan tanggung jawab wanita berperawakan
mungil ini bertam bah lagi. Ia duduk sebagai salah seorang
direktur PT Reckitt & Colman Indonesia, perusahaan patungan
dengan PT Abdi. Ny. Tien Suharto diundang meresmikan pabrik alat
"kebersihan dan kesehatan rumah tangga" itu di jalan Ahmad Yani,
Jakarta.
"Sebelum pabrik ini dibuka saban sore !saya harus menampung 9
kper berisi laporan dari berbagai perusahaan," katanya. Semua
laporan itu disimaknya sampai jauh malam. Dan pekerjaan bisa
berlarut-larut bila ia juga harus menghadiri berbagai jamuan
malam. Tapi besoknya jam 6 ia sudah bangun, lantas mencebur di
kolam renang yang dibuatnya sendiri di rumahnya -- sebuah rumah
indah penuh benda antik yang terletak di seberang UI, Salemba.
"Saya hanya bisa bertahan kerja keras kalau ada kesempatan
berenang," ujarnya.
Suatu ketika tahun 1974 ia merasa badannya kurang enak. Tapi
waktu itu karena urusan bisnis, akhirnya ia sampai ke Jerman
Barat. Di sana ia sempat memeriksakan kesehatan. Lantas ia
menangis. Bukan karena kabar buruk mengenai kondisi dirinya,
melainkan lantaran ada kabar dari tanah air: pabrik obatnya
dikabarkan telah keliru dalam penempelan etiket yang bisa
mencelakakan orang."Dalam usia setua ini baru sekarang saya
menangis," katanya waktu itu. Namun setelah diusut, untunglah
kesalahan itu bukan berasal dari pabriknya. Yang mencetak etiket
rupanya salah kirim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini