"TUHAN telah memilih cintaku Alia di sisiNya dan dia tidak akan
kembali lagi", kata Raja Hussein dari Yordania Suara Hussein
gemetar dan penuh duka. Raja mengumumkan hal ini di teve dan
kerajaan Hashemite kemudian mengumumkan hari berkabung selama 40
hari. Ratu Alia Al-Hussein, isteri Raja Hussein yang ketiga,
tewas dalam kecelakaan helikopter. Bersamanya, turut Menteri
Kesehatan Yordania Mohammad Al-Bashir dan dua orang letnan
kolonel.
"Petang hari kemarin, saya mendapat berita bahwa helikopter
datang terlambat. Kemudian dilaporkan bahwa pesawat hilang.
Malamnya, saya mendengar berita yang menyedihkan . . . Alia
tidak akan kembali lagi".
Kemis, 10 Pebruari, Puteri Alia pergi ke Tafileh, 125 km sebelah
selatan Amman untuk meninjau sebuah rumah sakit. Ketika terbetik
berita lewat surat kabar bahwa rumah sakit tersebut tidak beres,
Ratu Alia memutuskan untuk meninjaunya sendiri.
Semenjak dia dinobatkan di tahun 1953, banyak malapetaka dan
kesulitan yang menimpa Hussein. Isterinya pertama, Puteri Dina
Abdul Hamid, yang dinikahinya di tahun 1952 dan bercerai tiga
tahun kemudian, menikah lagi dengan seorang pentolan Al Fatah.
Ini terjadi di tahun 1971, ketika Yordania dilanda demonstrasi,
soal pengungsi Palestina, anti Hussein dan serangan Al Fatah.
Raja kemudian menikah dengan seorang perempuan Inggeris, Tony
Avril Gardner, seorang sekretaris, yang kemudian dirobah namanya
jadi Puteri Muna. Begitu kritisnya situasi Yordan, sehingga Muna
dan keempat anak-anaknya harus tinggal di London. Dalam kesepian
dan kena kritik karena Hussein telah memperisteri orang
Inggeris, Raja bertemu dengan seorang gadis bernama Alia
Al-Taukan yang cantik, lincah, dan berpendidikan Barat.
Hussein jatuh cinta ketika Alia turut perlombaan ski air di
teluk Aqaba, di mana villa Raja Hussein terletak. Ayah gadis itu
pernah menjabat duta besar di Kairo, Washington dan Roma, dan di
tiga tempat itu pulalah Alia mendapat pendidikan. Ketika usianya
23 tahun, Alia bertemu dengan Hussein, yang umurnya 12 tahun
lebih tua.
Puteri Muna diceraikan. Di tahun yang sama, di akhir 1972,
Alia-Hussein menikah. Setelah itu perhatian Alia tumpah ke kerja
sosial. "Tuhan hanya memberikan waktu singkat sekali bagi Alia
untuk mendampingi saya", ujar Raja Hussein, ayah dari 7 orang
anak. Dari Ratu Alia, Hussein mempunyai dua orang anak yang
masih kecil: Puteri Haya, 2 tahun, dan Pangeran Ali, berumur
setahun. Pangeran kecil inilah kemungkinan besar akan dijadikan
pewaris kedua, setelah Pangeran Hassan, adik Raja Hussein.
Dalam pemakaman Ratu Alia, Raja Hussein mengenakan pakaian
kebesaran orang Baduwi. Pandangannya sedih sekali, tapi tidak
setetes air matapun keluar. Terlalu banyak sudah kemalangan
menimpa dirinya. Ketika usianya 16 tahun, Hussein melihat
sendiri seseorang menembak pamannya. Kemudian ayahnya harus
turun tahta karena menderita sakit jiwa. Dan kini Alia, isteri
yang rupanya bisa mendampingi perjuangannya, pergi untuk tidak
kembali.
Di pemakaman kerajaan dekat Istana Hashimiyah, tampak hadir
Presiden Syria Hafez Assad dan nyonya, Ratu Farah Diba dari Iran
dan Menteri Luar Negeri Jerman Barat Hans-Dietrich Genscher,
yang sedianya berkunjung secara resmi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini