Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Tak mau balas pendapat dewi

Hartini, janda presiden sukarno tidak mau jawab dan balas pendapat dewi. ia menerima dan sadar kini sebagai rakyat biasa. ia konsekwen dengan pendapatnya dan menghargai pendirian ibu fatmawati. (pt)

29 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"TIEN! Pada hari ini genap 14 tahun kita resmi bersuami-isteri. Dalam waktu 14 tahun itu engkau selalu memberi kebahagiaan dan bantuan kepadaku. Moga-moga terus demikian sampai hari matiku. Sukarno". Tulisan Sukarno ini masih bisa dibaca di sebuah foto berdua: Sukarno-Hartini. Tanggal 7 Juli 1967. Pada foto lain, ada lagi tulisan: "Tien! Aku tetap menyintaimu selalu di masa muda dan tua. Sukarno" Di sudut rumah ada lukisan potret Sukarno dan Hartini setinggi badan, karya Basuki Abdullah. Ada porselein antik mahal, permadani Persia indah, seperangkat kursi halus, patung sedada Hartini, Lampu kristal, dan lainnya lagi yang menimbulkan kenangan suaminya almarhum. Pagi itu Hartini mengenakall kebaya voile hitam, cinde merah muda dan kain batik Pekalongan. Rambutnya hitam legam, sinomnya masih rimbun dan di balik kebaya voilenya, dadanya penuh. "Saya baru habis layat tetangga yang meninggal'', katanya. Segan tampaknya dia memberi komentar tulisan Dewi Sukarno (TEMPO, 22 Mei). "Itu semua masa lampau. Apa masih perlu sekarang dipersoalkan? Kata Hartini: "As a lady saya tidak mau jawab dan balas pendapatnya Dewi. Kalau saya menulis riwayat hidup saya, lebih baik saya tidak menyinggung isteri lain dari suami saya'. Tambahnya: "Saya nrimo kok dimadu, karena saya tahu saya menikah dengan Bapak sudah ada Ibu Inggit: (sudah dicerai), sudah ada Ibu Fatmawati". Tahun 1971 ketika TEMPO menulis tentang Hartini, janda BK ini pernah berkata tentang suaminya: Wanita adalah garam dalam hidupnya". "Seharusnya Dewi tahu bahwa ketika dia menikah, saya sudah ada lebih dahulu. Itu kalau dia sadar dan tahu bagaimana caranya agama Islam mengatur kerukunan dalam poligami. Saya tahu dan nrimo seperti sekarang saya sadar bahwa saya ini rakyat biasa, yang ikut antri nonton bioskop. Nyonya Hartini Sukarno kini sering tampak hadir sendiri atau dengan salah seorang anak atau mantu ke pesta-pesta perkawinan, pertunjukan peragaan pakaian dan acara-acara semacamnya. Juga dia duduk sebagai salah satu tenaga sukarela salah satu sekolah di Cikini. Tidak, saya tidak mau beri komentar apapun tentang Dewi. Saya harus konsekwen saya ini sadar dan nrimo dimadu. Sama juga seperti pendirian Ibu Fatmawati: satu suami atau tidak sama sekali. Itu lebih konsekwen dan lebih baik".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus