"TIEN! Pada hari ini genap 14 tahun kita resmi bersuami-isteri.
Dalam waktu 14 tahun itu engkau selalu memberi kebahagiaan dan
bantuan kepadaku. Moga-moga terus demikian sampai hari matiku.
Sukarno". Tulisan Sukarno ini masih bisa dibaca di sebuah foto
berdua: Sukarno-Hartini. Tanggal 7 Juli 1967. Pada foto lain,
ada lagi tulisan: "Tien! Aku tetap menyintaimu selalu di masa
muda dan tua. Sukarno" Di sudut rumah ada lukisan potret Sukarno
dan Hartini setinggi badan, karya Basuki Abdullah. Ada porselein
antik mahal, permadani Persia indah, seperangkat kursi halus,
patung sedada Hartini, Lampu kristal, dan lainnya lagi yang
menimbulkan kenangan suaminya almarhum.
Pagi itu Hartini mengenakall kebaya voile hitam, cinde merah
muda dan kain batik Pekalongan. Rambutnya hitam legam, sinomnya
masih rimbun dan di balik kebaya voilenya, dadanya penuh. "Saya
baru habis layat tetangga yang meninggal'', katanya. Segan
tampaknya dia memberi komentar tulisan Dewi Sukarno (TEMPO, 22
Mei). "Itu semua masa lampau. Apa masih perlu sekarang
dipersoalkan? Kata Hartini: "As a lady saya tidak mau jawab dan
balas pendapatnya Dewi. Kalau saya menulis riwayat hidup saya,
lebih baik saya tidak menyinggung isteri lain dari suami saya'.
Tambahnya: "Saya nrimo kok dimadu, karena saya tahu saya menikah
dengan Bapak sudah ada Ibu Inggit: (sudah dicerai), sudah ada
Ibu Fatmawati".
Tahun 1971 ketika TEMPO menulis tentang Hartini, janda BK ini
pernah berkata tentang suaminya: Wanita adalah garam dalam
hidupnya". "Seharusnya Dewi tahu bahwa ketika dia menikah, saya
sudah ada lebih dahulu. Itu kalau dia sadar dan tahu bagaimana
caranya agama Islam mengatur kerukunan dalam poligami. Saya tahu
dan nrimo seperti sekarang saya sadar bahwa saya ini rakyat
biasa, yang ikut antri nonton bioskop. Nyonya Hartini Sukarno
kini sering tampak hadir sendiri atau dengan salah seorang anak
atau mantu ke pesta-pesta perkawinan, pertunjukan peragaan
pakaian dan acara-acara semacamnya. Juga dia duduk sebagai salah
satu tenaga sukarela salah satu sekolah di Cikini. Tidak, saya
tidak mau beri komentar apapun tentang Dewi. Saya harus
konsekwen saya ini sadar dan nrimo dimadu. Sama juga seperti
pendirian Ibu Fatmawati: satu suami atau tidak sama sekali. Itu
lebih konsekwen dan lebih baik".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini