RATU dari Filipina, Lidya de Vega, memang bagaikan angin. Terasa ada, sulit ditangkap. Itulah karena ia begitu gesit menghindar dari wartawan. Tapi sekali-sekali si "Angin" itu mati langkah juga. Di Hotel Indonesia, tempatnya menginap, pekan lalu, seorang wartawan memergokinya. Dan muncullah bakatnya yang lain, kepiawaian berdiplomasi alias menolak dengan halus. "Oh, silakan menemui saya di lapangan saja," katanya. Atlet cantik itu memang menyimpan rahasia. Ia tak mau bicara soal prestasi, pertandingan, dan latihan. Tapi soal pacar, Lidya, yang kini 23 tahun, malah blak-blakan. Ia memberi keterangan seolah membacakan sebuah pengumuman. "Okey. Pacar saya, Paolo, bekas pengagum saya. Tiap kali saya bertanding, dia katanya selalu menonton. Suatu hari, sebelum saya berangkat ke California, dia datang ke rumah mengajak berkenalan. Lalu kami pacaran." Singkat, tegas, jelas. Paolo Mercado Jr., pacar itu, anak seorang juragan kelapa kaya raya di Filipina, sebelas tahun lebih tua. "Saya menyukai laki-laki yang lebih dewasa," kata Lidya, yang kini berambut pendek. Akan halnya Michael Keon, keponakan bekas Presiden Marcos yang pernah diberitakan naksir dia, "Kami cuma berkawan biasa sekarang." Tukang lari dengan berat 50 kg dan tinggi 170 cm itu menganggap enteng lawan-lawannya di SEA Games kini. "Saya pelari tercepat di Asia. SEA Games ini bagi saya hanya untuk persiapan ke Asian Games di Seoul," katanya, berbumbu kecap. Bila ia cemas, itulah karena persoalan politik di tanah air. "Tapi saya bisa juga tak peduli," ujarnya. Ia memang lebih banyak berada di California, AS, belajar di sekolah pendidikan jasmani, agar benar-benar seperti angin: ngebut dengan dua kaki, ya, lari Itulah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini