PADA 7 September lalu, Prof. Dr. Slamet Iman Santoso genap berusia 80 tahun. Sepuluh windu dalam kehidupan seseorang pasti merupakan masa yang sarat dengan suka dari duka. Kami, murid-muridnya, mengangkat hormat atas segala jasanya dalam membukakan cakrawala ilmiah yang demikian luas, sehinga kami siap memasuki zaman kemajuan ilmu dan teknologi tanpa kecangungan. Saya masih ingat, ketika Prot. Slamet menyampaikan pidato ilmiahnya di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (sekarang: Institut Teknologi Bandung) pada 1952, dengan tema "the right man in the right place". Pada kesempatan itulah untuk pertama kalinya seorang ilmuwan Indonesia menyarankan agar di Indonesia selekasnya dimulai program pendidikan psikologi. Kata beliau, sebagai bangsa yang merdeka dan harus bertanggung jawab atas perkembangannya sendiri, kita harus pandai menempatkan "the right man in the right place". Sejalan dengan saran itu dianjurkannya penerapan seleksi yang saksama dalam pemilihan dan penempatan tenaga untuk berbagai tugas, terutama tugas-tugas yang dibebani tanggung jawab besar. Untuk keperluan itu beliau beranggapan perlu disiapkan tenaga ahli psikologi yang home-mode -- demikian istilah yang dipergunakan beliau waktu itu. Pada tahun akademi 1952/1953 itu juga beliau berhasil meyakinkan pimpinan Universitas Indonesia untuk memulai program pendidikan psikologi. Lalu, diresmikanlah Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran UI, yang merupakan cikal-bakal Fakultas Psikologi UI sekarang, pada 3 Maret 1953. Saya masih mengingat kata-kata beliau pada pembukaan kuliah pertama ". . . saya ibarat berdiri di tepi padang pasir yang luas, dan saya mengajak saudara-saudara berjalan melintasinya. Kita tidak punya pilihan kecuali harus berjalan terus, tanpa pedoman apa pun. Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa kepada Saudara-saudara. Saya hanya yakin betapa pentingnya psikologi untuk masa depan masyarakat kita." Kata-kata beliau itu pasti masih terdengar nyaring di benak setiap alumnus angkatan pertama. Tekadnya untuk merintis dan menegakkan psikologi sebagai disiplin baru hanya diandalkan pada keyakinannya yang teguh, bahwa kita harus selekasnya menyiapkan home-mode psychologists, yang memahami matra sosial dan kultural pada peri laku individu dan masyarakat Indonesia. Sebagai disiplin baru, psikologi dikembangkan beliau dengan motto, "lambat, tapi pasti." Keberhati-hatian tampak menjadi pedoman beliau. Apalagi, waktu itu, masih ada orang yang cenderung memakai sinonim "ilmu jiwa" untuk psikologi. Kekhawatirannya, kalau-kalau psikologi, yang baru diperkenalkan sebagai disiplin keilmuan itu, terperangkap dalam salah pengertian dan diasosiasikan dengan hal-hal yang kuasi-mistik atau spekulasi metafisik. Karena itu, segala prasyarat untuk mendukung wawasan dan sikap ilmiah dalam program pendidikan psikologi diketatkannya. Antara lain melalui dicantumkannya filsafat dan logika sebagai acara kurikuler sepanjang masa pendidikan, sejalan dengan pengenalan pendekatan ilmiah yang bersifat kuantitatif, seperti melalui Statistik Terapan dan Eksperimentasi. Fakultas Psikologi UI sebagaimana wujudnya sekarang dan alumninya yang kini tersebar di berbagai lingkugan tugas, adalah hasil yang disemai Prof. Slamet Iman Santoso hampir 35 tahun lalu saat beliau berusia 45 tahun. Beliau bukan hanya telah merintis ditegakkannya psikologi di Indonesia, tetapi juga kepada segenap murid-muridnya telah diteladankannya susila dan sikap ilmiah yang sebaik-baiknya. Terima kasih, Pak Slamet. Dirgahayu!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini