Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DARI dosennya di Sekolah Arsitektur Institut Teknologi Bandung, Sammaria Sari Simanjuntak, 36 tahun, menemukan renjana untuk menekuni perfilman. Lewat dosen itu, ia akhirnya memutuskan terjun sebagai sutradara selepas kuliah. “Saya percaya sekolah itu sarana menemukan jati diri kita. Saya awalnya di ITB enggak tahu mau jadi apa,” katanya di Jakarta, Selasa, 21 Januari lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dulu, sewaktu kuliah di Kampus Ganesha, Sammaria kerap dibikin terpukau oleh dosennya, Indah Widiastuti, yang begitu piawai bercerita saat mengisi kelas. Dosen mata kuliah sejarah arsitektur itu pula yang melihat bakatnya di bidang film bahkan ketika ia belum menyadari talenta tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sammaria begitu mengagumi sang dosen, yang selalu menunjukkan gairah dalam mengajar dan berbagi pengetahuan. “Saya ingin jadi orang yang bisa berdedikasi dan punya passion seperti dia. Makanya saya pindah dari arsitek jadi sutradara,” tuturnya, tersenyum.
Menurut dia, dosen favoritnya itu kerap membagikan bahan bacaan. Salah satunya novel The Alchemist. Ia kepincut buah karya Paulo Coelho yang mengisahkan cerita gembala dan pencarian dalam hidup itu. “Isinya ngena banget,” ucap Sammaria.
Sammaria sempat mencoba menekuni arsitektur pada tahun-tahun awal setelah lulus kuliah. Tapi ia akhirnya banting setir menjadi sutradara. Ia menggarap film pertamanya, Cin(T)a, yang diproduksi di almamaternya pada 2009. Sutradara film Demi Ucok dan Sesat ini segera merilis film anyarnya, Guru-guru Gokil, yang berkisah tentang para pengajar dan pencarian jati diri.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo