Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI pengujung karier militernya, Jenderal Budiman bersyukur masih dipercaya menjabat Kepala Staf Angkatan Darat. Dia sadar betul latar belakangnya dari korps Zeni—satuan bantuan tempur—sulit bersaing dengan perwira-perwira infanteri untuk menempati kursi jabatan-jabatan tertinggi di militer. Sepanjang sejarah, dia perwira tinggi kedua dari Zeni yang memimpin Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat setelah Jenderal Try Sutrisno pada 1986. Atau bisa juga yang ketiga jika Jenderal Kehormatan G.P.H. Djatikoesoemo dihitung sebagai sesepuh Zeni.
Sebenarnya, dalam beberapa tahun terakhir, nama Budiman selalu masuk bursa calon KSAD. Tapi setiap kali itu pula lulusan terbaik Akabri tahun 1978 ini selalu tersingkir. Dua tahun lalu Budiman, yang baru beberapa bulan menjadi Wakil KSAD, disebut-sebut sebagai calon terkuat pengganti Jenderal George Toisutta. Namun justru Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Letnan Jenderal Pramono Edhie Wibowo, juniornya yang juga ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang terpilih menjadi jenderal.
Januari lalu, ketika Pramono Edhie tinggal beberapa bulan lagi pensiun, Budiman malah digeser ke Kementerian Pertahanan. Posisinya sebagai Wakil KSAD diisi Moeldoko, yang saat itu Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional. Ketika Pramono Edhie pensiun Mei lalu, Moeldoko menggantikannya. Baru pada awal bulan ini Budiman akhirnya menjadi KSAD menggantikan Moeldoko, yang terus menanjak sebagai Panglima TNI. ”Saya itu orang Zeni, sehingga menjadi KSAD itu sesuatu banget,” katanya.
Di masa tugasnya yang hanya tersisa setahun ini, Budiman berikrar menyiapkan TNI Angkatan Darat masa depan yang tak hanya profesional, tapi juga modern dan dicintai oleh rakyat. Pekan ini dia akan mengumpulkan sekitar 200 perwira terbaiknya yang bakal menjadi tim untuk merumuskan bagaimana cara mewujudkan prajurit ideal tersebut. Tim ini juga yang akan merumuskan detail postur pertahanan TNI Angkatan Darat, dari strategi pertempuran sampai alat pertahanan yang dibutuhkan pada masa mendatang.
Bagi Budiman, pengadaan alat pertahanan tak boleh lagi dikelola seperti dulu, yang lebih banyak dipengaruhi para perantara. Sejak menjabat Wakil KSAD era kepemimpinan Pramono Edhie, dia dan staf TNI Angkatan Darat telah bersepakat menghapus calo dalam pengadaan alat pertahanan. ”Hasilnya lebih baik. Kami mendapat barang sama dalam jumlah lebih banyak dari uang yang sama,” ujarnya. ”Urusan ada orang yang suka atau tidak, itu risiko.”
Senin pekan lalu, wartawan Tempo Agoeng Wijaya, Indra Wijaya, dan Budi Setyarso serta fotografer Aditya Noviansyah menemui Budiman di Markas Besar TNI Angkatan Darat, Jalan Veteran, Jakarta Pusat. Selama dua jam wawancara, Budiman, yang pagi itu didampingi para anggota stafnya, menceritakan berbagai rencananya setahun ke depan. Suaranya terdengar parau ketika menjawab pertanyaan tentang perasaannya karena ia beberapa tahun terakhir terus dilangkahi para juniornya menuju pucuk pemimpin TNI Angkatan Darat.
Loreng pada seragam yang sedang Anda kenakan sepertinya berbeda. Apakah ini seragam baru TNI Angkatan Darat?
Seragam ini, istilahnya anak-anak, NKRI. Karena medan tugas kami itu kebanyakan adalah hutan, motif loreng yang seperti ini lebih cocok. Memang seragam loreng versi Kostrad lebih keren karena yang bikin anak-anak muda. Sedangkan ini buatan kami-kami yang tua.
Baru sedikit yang mengenakannya di Markas Besar Angkatan Darat. Apakah itu hanya untuk perwira menengah dan tinggi?
Seragam ini sudah dipakai mulai prajurit, tapi baru untuk bintara pembina desa (babinsa) karena mereka yang paling getol bekerja. Nanti, kalau kami anggap para prajurit sudah bagus, akan kami kenakan kepada mereka semua. Rencananya tahun depan.
Berarti Anda menilai kualitas prajurit TNI AD belum semuanya bagus?
Sekarang ini, dengan segala keterbatasan, banyak prajurit kami yang hebat. Mengapa? Walau bagaimana tentara Indonesia diakui dunia. Tapi rupanya sekarang ada perkembangan yang luar biasa besar di dunia militer, dari pengetahuan sampai teknologi. Taktik dan strategi tempur juga berubah luar biasa. Karena itu, kami sekarang sedang memulai kembali untuk mendidik prajurit yang baik. Tak hanya berkarakter tentara pejuang, tapi juga menjadi tentara rakyat yang profesional, modern, dan dicintai oleh rakyat.
Bagaimana Anda akan menciptakan prajurit ideal, sedangkan tahun depan Anda pensiun?
Waktu saya memang terbatas. Karena itu, dalam jangka pendek, saya akan menggunakan struktur komando untuk mengawasi pendidikan dan pelaksanaan tugas mereka seperti yang kami inginkan itu. Setelah itu, kami menyiapkan langkah kedua, yakni mengumpulkan anak muda lulusan Akademi Militer dari yang paling senior angkatan 1984 hingga 2003. Kami menyaring mereka yang berkualitas dalam setiap jenjang pendidikan, top performance, jagoan-jagoan pada setiap bidang spesialisasi, serta diterima oleh rekan seangkatan, senior ataupun junior. Sekarang ini sudah disaring, jumlahnya sekitar 200 orang.
Untuk apa mereka dikumpulkan?
Mereka akan mendesain visi jangka panjang untuk menuju TNI AD yang profesional dan modern. Kami memang telah memiliki postur pertahanan negara 2009-2029. Tapi postur yang dibuat lima tahun lalu ini perlu di-update. Jadi tim ini juga akan merencanakan hampir mendekati detail postur pertahanan dari bagaimana kekuatan TNI AD yang tepat, termasuk model pertempuran 10-20 tahun ke depan. Pekan ini akan saya kumpulkan mereka untuk diberi petunjuk perencanaan. Setelah itu, mereka mulai bekerja. Salah satunya menggelar seminar untuk menerima masukan dari para senior dan masyarakat.
Apakah kesejahteraan prajurit sudah terpenuhi untuk menjadi tentara yang profesional dan modern?
Sebetulnya, secara kesejahteraan, prajurit kita ini cukup lumayan. Gaji seorang prajurit dua yang baru lulus sekarang ditambah remunerasi dan gaji ke-13 mencapai Rp 3,9 juta per bulan, atau sekitar US$ 400. Itu sudah luar biasa karena pada 1990, ketika saya sekolah di Amerika Serikat dengan pangkat kapten, gaji saya tidak sampai US$ 100. Artinya, kalau berstatus single, mereka sudah ada di kelas menengah. Gaji mereka sedikit di atas pendapatan per kapita nasional.
Tapi sampai sekarang masih banyak di antara mereka nyambi kerja menjaga tempat hiburan.…
Ya. Kalaupun ada prajurit yang saat ini nakal, mereka belum berterima kasih kepada negara. Karena itu, sejak ada remunerasi, kami segera memecat anggota yang masih nakal. Setiap tahun kami bisa memecat 50-an anggota dengan berbagai pelanggaran. Kami tak segan-segan karena sekarang jumlah anggota kami sekitar 315 ribu personel dan setiap tahun dari rekrutmen ada tambahan 5.000-an personel.
Bukankah biasanya praktek mencari ceperan itu juga atas perintah para komandan mereka?
Itulah sebabnya sekarang yang terpenting adalah bagaimana pemimpinnya harus bisa mengarahkan dan mengontrol mereka. Terlebih komandan-komandan di lapangan untuk memberi contoh teladan. Inilah yang paling berat. Kalau pemimpinnya bisa dengan hebat memberi contoh, bawahan otomatis tak akan berbuat macam-macam.
Mengapa belakangan juga marak kasus kekerasan yang melibatkan prajurit TNI AD?
Saya menilai tidak ada masalah pada komando pengendalian. Hanya, setiap kali kasus-kasus itu terjadi karena faktor komandan lapangan yang tidak care. Ada juga disebabkan oleh jiwa korsa yang berlebihan.
Gara-gara penyerangan dan pembunuhan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan beberapa waktu lalu, jiwa korsa TNI terdengar menyeramkan.…
Jiwa korsa itu memang tidak boleh dibunuh atau dikurangi. Sebab, dengan itulah anggota TNI berani mati untuk tugas negara. Namun jiwa korsa yang baik harus diimbangi dengan kedisiplinan, kemampuan, dan tanggung jawab yang juga sangat baik. Jiwa korsa tidak boleh melanggar hukum. Saya menyadari betul ini tugas yang berat bagi pemimpin. Tapi, khusus di Cebongan, saya yakin kejadian itu tidak diatur oleh perwira.
Bagaimana Anda begitu yakin pimpinan tak terlibat dalam penyerangan tersebut?
Begitu mendengar kabar itu, saya langsung tahu mereka bego mengambil target di penjara. Kalau itu dilakukan perwira, saya yakin ada persiapan, sabar menunggu. Selain itu, durasi waktunya terlalu lama. Kalau betul ada perwiranya, pasti sudah diteliti lebih dulu. Kopassus itu, dalam setiap operasi, tidak boleh lebih dari dua menit harus selesai.
Kami dengar pengadaan tank Leopard sudah mulai masuk.
Pekan ini sudah datang dua unit tank Leopard dan tank Marder. Sekarang sedang proses pengecatan di Cakung supaya warnanya sesuai dengan keinginan kita. Memang yang bisa kami kerjakan sendiri akan dilakukan di sini agar murah.
Bagaimana rencana pengadaan alat pertahanan ke depan?
Itu nanti akan dirancang oleh tim yang tadi saya ceritakan. Jadi mereka tak hanya menyiapkan visi dan postur pertahanan, tapi juga doktrin, intelijen, dan rencana pembelanjaan agar tepat. Jadi pengadaan tidak lagi ditentukan oleh pengusaha (broker), tapi oleh prediksi dan kebutuhan pada masa mendatang. Perencanaan ini harus tepat karena, setiap ekonomi Indonesia tumbuh minimal 5 persen, pada lima tahun ke depan kami bisa membeli alat pertahanan sebanyak 1,5-2 kali lipat dari yang diperoleh pada pengadaan 2004-2009.
Anda bilang sekarang ini pengadaan tidak ditentukan oleh pengusaha. Apakah selama ini peran pengusaha atau perantara sangat besar dalam pengadaan alat pertahanan?
Sewaktu saya menjadi Wakil KSAD, bersama KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo, kami berdiskusi dengan para anggota staf. Kami melihat korupsi merajalela, gila-gilaan. Bukan hanya di kami, melainkan juga di semua lembaga pemerintah pusat dan daerah. Kalau terus begini, negara bisa hancur. Itu sebabnya kami bersepakat, mau-tidak mau, kami harus memulai dan memberi contoh dengan menghapus praktek tersebut. Urusan ada orang yang suka atau tidak, itu risiko.
Berarti perencanaan pengadaan sebelumnya banyak kesalahan?
Iya, betul. Dulu itu perencanaan pengadaan disusun dari informasi harga yang diberikan pengusaha. Ketika kami merencanakan pengadaan multiple launch rocket system (MLRS), itu dapatnya untuk satu batalion. Saya tanya apa tidak bisa harganya turun? Katanya tidak bisa. Begitu saya terlibat sendiri, pergi ke negara produsennya, ternyata dari harga penawaran pengusaha tadi kami bisa memperoleh dua kali lipat lebih banyak, yakni MLRS untuk dua batalion plus untuk pusat pendidikannya. Produsen itu malah menangis karena kami memesan langsung. Mereka merasa dihargai telah diberi kesempatan menentukan harga sendiri. Ternyata selama ini mereka hanya diatur oleh para perantara.
Pada pengadaan tank Leopard juga begitu?
Ya. Dalam perencanaan, kami hanya akan mendapat 44 unit Leopard. Ternyata sekarang kami bisa memperoleh 54 unit Leopard 2A4, 14 unit Leopard Revolution yang lebih modern, serta kendaraan pendukung untuk recovery, jembatan buatan, dan Zeni penyapu ranjau. Selain itu, kami mendapat 50 unit tank Marder. Jadi, kalau dijumlah, kami mendapat hampir tiga kali lipat dengan uang yang sama.
Apa risiko Anda menghapus peran perantara itu?
Kami berhadapan dengan kekuatan-kekuatan besar yang merasa dirugikan. Banyak yang tidak menghendaki saya naik jabatan.
Bukankah biasanya para perantara itu punya koneksi dengan para pensiunan jenderal atau bahkan pejabat negara?
Ha-ha-ha…. Sudahlah, yang penting kami bisa mengatasinya. Pelindung saya kan lebih besar. Allah. Saya kini bersyukur Tuhan menjadikan saya sebagai KSAD melalui tangan Presiden.
Januari lalu, Anda dimutasi ke Kementerian Pertahanan dan digantikan oleh Moeldoko sebagai Wakil KSAD. Belakangan Moeldoko menjadi KSAD dan kini Panglima TNI, dan Anda menggantikannya sebagai KSAD. Anda tidak sedih?
Moeldoko junior saya, itu betul. Saya percaya pada mekanisme yang diberikan ke saya. Saya orang Zeni, sehingga menjadi KSAD itu sesuatu banget. Untuk orang Zeni, agar menjadi orang, harus punya prestasi sangat tinggi. Kalau prestasinya biasa saja, tidak akan dianggap. Betul itu! Selain itu, pada saat di Kementerian Pertahanan, saya banyak belajar diplomasi antarnegara. Saya juga ditantang memimpin orang sipil karena di sana banyak direktur jenderal yang nonmiliter. Saya akhirnya belajar memimpin dengan senyuman. Ternyata itu lebih ampuh. Itulah yang saya terapkan di sini.
Mengapa Anda sampai mencium tangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika pelantikan sebagai KSAD?
Saya katakan tadi, saya menyadari susahnya menjadi pemimpin kalau bukan karena tangan Tuhan. Di keluarga saya ada kewajiban cium tangan orang yang dihormati dan disayangi. Begitu upacara pelantikan selesai, dalam ramah tamah, Presiden mendekati saya. Secara insting, kebiasaan di keluarga, itu saya lakukan. Dan saya rasa itu hak pribadi saya. Saya juga tahu bagi tentara itu tidak terlalu normal, makanya saya tak melakukannya pada saat upacara formal pelantikan.
Budiman Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 25 September 1956 Pendidikan militer l Akabri (1978) l Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (1993/1994) l Sekolah Staf dan Komando TNI (2001) l Lembaga Ketahanan Nasional (2005) Karier militer l Panglima Kodam IV/Diponegoro (2009) l Komandan Komando Pembinaan Doktrin Pendidikan dan Latihan TNI AD (2010) l Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (2011) l Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (2013) l Kepala Staf Angkatan Darat (2013) |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo