Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Wawancara
Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Rukka Sombolinggi: 

Berita Tempo Plus

Hak Masyarakat Adat Berhenti di Konstitusi

Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Rukka Sombolinggi mengatakan absennya kepastian hukum membuat masyarakat adat terus menghadapi ancaman kekerasan dan kriminalisasi. Masyarakat adat seperti tikus yang mati di lumbung padi karena tergerusnya wilayah adat menjadi konsesi korporasi. AMAN mendesak pengesahan Rancangan Undang-Undang Masyarakat Hukum Adat untuk melindungi keberlangsungan hidup seluruh masyarakat adat.

13 Juni 2020 | 00.00 WIB

Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi di Sungai Ciliwung,Kota Bogor, Jawa Barat, 8 Juni 2020. 
TEMPO/M Taufan Rengganis
Perbesar
Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi di Sungai Ciliwung,Kota Bogor, Jawa Barat, 8 Juni 2020. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Sekretaris Jenderal AMAN Rukka Sombolinggi mengatakan RUU Masyarakat Hukum Adat perlu segera disahkan untuk melindungi seluruh komunitas adat.

  • Ratusan anggota komunitas adat menjadi korban kriminalisasi dan berkonflik dengan perusahaan, padahal hak-hak masyarakat adat dijamin dalam konstitusi.

  • Selama pandemi Covid-19, masyarakat adat yang umumnya tinggal di daerah terpencil tetap menerapkan lockdown dan juga menggelar ritual tolak bala.

KASUS kekerasan terhadap masyarakat adat terus terjadi. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mencatat ratusan anggota masyarakat adat menjadi korban kriminalisasi di pelbagai daerah. Sebagian besar dari mereka terkena pasal yang berkaitan dengan urusan lahan. Padahal mereka secara turun-temurun sudah tinggal dan hidup di wilayah yang kini sebagian telah dikuasai perusahaan atau bersalin rupa menjadi taman nasional. “Seperti tikus yang mati di lumbung padi,” kata Sekretaris Jenderal AMAN Rukka Sombolinggi dalam wawancara khusus dengan Tempo, Senin, 8 Juni lalu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Mahardika Satria Hadi

Menjadi wartawan Tempo sejak 2010. Kini redaktur untuk rubrik wawancara dan pokok tokoh di majalah Tempo. Sebelumnya, redaktur di Desk Internasional dan pernah meliput pertempuran antara tentara Filipina dan militan pro-ISIS di Marawi, Mindanao. Lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus