Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dua pasien positif virus corona yang masih berada di RSPI Sulianti Saroso merupakan warga sebuah perumahan di Depok. Terinfeksinya dua orang ini membuat warga perumahan lainnya ikut terimbas setelah Wali Kota Depok Mohammad Idris sempat mengungkap alamat lengkap mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Istri dari ketua lingkungan perumahan itu, Anis Hidayah berkisah tentang beratnya beban sang suami dan dirinya setelah kabar dua warga Depok itu positif virus corona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Infografik cluster penyebaran virus corona
Dalam sebuah pesan berantai yang sampai ke Tempo, Anis menceritakan tentang kondisi di perumahannya pascadua warga di sana positif virus corona.
“Kira-kira sudah terbayang bagaimana seminggu ini kami jatuh bangun emosinya,” tulis Anis pada paragraf pertama cerita tersebut. Anis mengizinkan Tempo untuk mengutip tulisannya tersebut.
Anis mengaku stress luar biasa menghadapi pemberitaan dan informasi yang beredar di sosial media tentang perumahannya sejak ditetapkan warganya positif corona, tepatnya pada Senin pagi.
Mulai dari kedua anaknya mengalami demam tinggi dan pusing seminggu dan tidak masuk sekolah, menghadapi warga, hingga kondisi kesehatannya sendiri yang juga harus istirahat total.
“Pascapenyemprotan disinfektan pada Senin itu selesai jam 00.30, kami harus menghadapi realitas yang tidak biasa di rumah,” kata Anis.
Anis pun harus mengobati anaknya secara diam-diam takut jadi berita yang heboh. Hal itu dilakukan sembari menghadapi respons warga kompleknya yang selalu bertanya setiap mendapat kabar dari media sosial maupun pemberitaan media massa.
“Selasa malam, sekitar jam 19.00, saya tiba-tiba lemas, tidak ada tenaga sama sekali, saya merasakan kesadaran saya berada di titik nol,” kata Anis.
Anis mengatakan, kegelisahan dimulai ketika banyaknya warga yang dipulangkan dari kantor mereka masing-masing. Pesan juga datang dari pemerintah daerah terkait kondisi warga, hingga adanya tayangan televisi bertajuk diskusi menghadirkan warga yang bukan warga asli setempat.
“Saya sempat komplain ke produser itu untuk diluruskan bahwa dia bukan warga kami, karena beberapa info tentang kami yang disampaikan kurang akurat,” kata Anis.
Puncaknya, kata Anis, pada Jumat sore ia mendengar informasi bahwa empat orang yang menjenguk pasien dinyatakan suspect dan harus diisolasi.
“Saya sempat mendatangi dua rumah warga untuk memberikan dukungan, dan saya nyaris tak berdaya menyaksikan air mata para keluarga yang tumpah,” kata Anis
Setelah mendapat kabar empat orang suspect yang dimaksud bukanlah warga kompleknya, Anis sedikit lega, namun kondisi tubuhnya kembali drop dan suhu tubuhnya mencapai 39 naik turun, dan badannya lemas.
“Jadi gaes, jadi RT itu berat, kamu nggak akan kuat,” kata Anis.