Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bara di Mana-mana
Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati jadi bintang. Wajah dan fotonya tiap hari terpampang di mana-mana. Demonstrasi ”menyerang” keduanya juga terjadi hampir tiap hari. Biang masalahnya adalah penyelamatan Bank Century pada 21 November 2008. Pada mulanya, keputusan ini berjalan mulus. Tak satu pihak pun mempersoalkan penyelamatan bank milik Robert Tantular ini dengan ongkos Rp 6,7 triliun.
Keriuhan baru muncul setelah Rapat Kerja Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat dengan Menteri Keuangan dan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 27 Agustus 2009. Anggota Komisi Keuangan mempertanyakan ongkos penyelamatan yang dinilai terlalu besar. Mereka juga menggugat alasan dampak sistemik dalam penyelamatan Century karena bank itu diketahui sudah lama bobrok. Perdebatan pun merebak di berbagai forum. Ujungnya, DPR meminta Badan Pemeriksa Keuangan mengaudit penyelamatan Century.
Badan Pemeriksa Keuangan kemudian menyerahkan hasil audit sementara kepada Agung Laksono—ketika itu masih Ketua DPR—pada 28 September. Audit baru kelar ketika bekas Direktur Jenderal Pajak Hadi Purnomo menjadi Ketua BPK menggantikan Anwar Nasution. Hasilnya yang diserahkan ke DPR pada 23 November lalu menghebohkan karena proses penyelamatan Century dinilai mengandung banyak cacat. Bantahan dari pemerintah dan Bank Indonesia tak banyak didengar BPK.
Di Senayan, sejumlah anggota DPR mengajukan hak angket, yang lalu disetujui DPR dalam sidang paripurna 1 Desember. Episode Century terus berlanjut dan ujungnya masih buram.
foto: Tempo/Arnold Simanjuntak, Wahyu Setiawan
Fahmi di Tubir Jurang
PEMADAMAN listrik terjadi di hampir semua wilayah di Indonesia memasuki pengujung tahun. Puncaknya, Jakarta dilanda krisis listrik setelah gardu induk Cawang terbakar pada 29 September 2009. Penderitaan bertambah setelah pembangkit listrik tenaga uap Muara Karang rusak. Trafo di Gandul dan Kembangan, Jakarta Barat, ikut-ikutan ngadat. Di luar Jawa-Bali, sembilan dari 23 sistem kelistrikan defisit, dan sebagian besar yang lain lampu kuning. Buntutnya, posisi Direktur Utama PLN Fahmi Mochtar terancam. Sejumlah nama, salah satunya bos Jawa Pos, Dahlan Iskan, disebut-sebut bakal menjadi pengganti Fahmi.
foto: TEMPO/Imam Sukamto, aNTARA/Saptono
Plumpang Terbakar, Ari Tergusur
18 Januari 2009, pukul 21.00. Tangki nomor 24 di Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara, meledak dan terbakar. Tiga juta liter premium senilai Rp 15 miliar musnah. Zainudin, 25 tahun, petugas keamanan depo, tewas dalam kebakaran itu. Insiden ini berakibat kelangkaan bahan bakar di kawasan Jabotabek selama dua hari. Polisi memastikan ledakan dipicu tekanan dalam tangki yang tak mampu diantisipasi oleh sistem pengamanan.
Peristiwa ini pun seakan menambah panjang daftar kegagalan Ari Soemarno yang memimpin Pertamina sejak Maret 2006. Sebelumnya, ia pun disalahkan atas kasus kelangkaan bahan bakar yang terjadi pada pergeseran tahun 2009. Sembilan belas hari setelah musibah Plumpang, Ari lengser dan digantikan Karen Agustiawan, yang sebelumnya menjabat direktur hulu perusahaan minyak pelat merah itu. Karen adalah bos Pertamina ke-7 dalam 11 tahun terakhir.
foto: TEMPO/Arif Fadillah, Amston Probel
Darmin Deputi Gubernur Senior
MAHKAMAH Agung melantik mantan Direktur Jenderal Pajak Darmin Nasution menjadi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 27 Juli 2009. Ia menggantikan Miranda Swaray Goeltom. Direktur Jenderal Pajak ini terpilih secara aklamasi dalam seleksi di Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat pada 15 Mei 2009. Doktor ekonomi dari Universitas Paris I, Sorbonne, Prancis, ini sekarang sekaligus menjadi Pejabat Sementara Gubernur Bank Indonesia setelah Boediono digandeng Susilo Bambang Yudhoyono menjadi wakil presiden. Ia pernah menjabat Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (2005) dan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan (2000).
TEMPO/Panca Syurkani
Bambang Kehilangan IFI
Juragan restoran cepat saji Bambang N. Rachmadi kehilangan Bank IFI. Pada 17 April, Bank Indonesia mencabut izin bank itu karena modalnya tidak mencukupi dan tingkat kredit seretnya tinggi. Bank sentral sudah memberikan beberapa kali peluang kepada pemegang saham untuk mencari tambahan modal atau pemodal baru. Namun, sampai batas waktu 15 April 2009, IFI tetap tak bisa memenuhi ketentuan permodalan delapan persen. Lembaga Penjamin Simpanan akhirnya merekomendasikan bank itu ditutup karena biaya penyelamatannya jauh lebih besar ketimbang penutupan.
foto: TEMPO/Yosep Arkian
Pemegang Saham Baru: Bakrie-NTB
Proses divestasi 14 persen saham PT Newmont Nusa Tenggara selesai. Pada 23 November 2009, Newmont dan PT Multi Daerah Bersaing meneken perjanjian jual-beli 14 persen saham senilai US$ 493,6 juta itu. Separuhnya dibayar Multi Daerah pada 11 Desember 2009, sisanya pada Januari 2010. Multi Daerah kini menguasai 24 persen saham Newmont. Multi Daerah dimiliki Grup Bakrie—melalui Multi Capital—dengan saham 75 persen, dan selebihnya dimiliki tiga pemerintah daerah di Nusa Tenggara Barat. Ambisi PT Aneka Tambang ikut menjadi pemegang saham Newmont pupus.
foto: ANTARA/Ahmad Subaidi
Peter Lepas Bentoel
Grup Rajawali menjual Bentoel Internasional Investama kepada British American Tobacco (BAT) pada 17 Juni 2009. Dengan melepas 56,96 persen saham, grup usaha milik Peter Sondakh ini mengantongi Rp 3,35 triliun. Secara keseluruhan, BAT kini menguasai 99,74 persen saham pabrik rokok terbesar keempat di Indonesia ini. Tahun lalu, penjualan Bentoel mencapai Rp 5,9 triliun dan laba bersih Rp 239 miliar. Saat ini, pangsa pasar Bentoel mencapai 7 persen. Ke depan, Rajawali akan berkonsentrasi pada properti, perkebunan, dan pertambangan.
foto: TEMPO/Santirta M.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo